“Kebudayaan bisa menjadi kekuatan dan unsur perekat bagi sebuah bangsa,”ujar Bang mamat. Karena itu, menurut Gus Muhaimin sudah saatnya bagi Indonesia menjadikan kebudayaan sebagai panglima dalam pembangunan nasional.
PKBTalk24, Jakarta ~ Kebudayaan dan tradisi adalah bagian sistem nilai yang hidup di tengah masayarakat. Sebagai contoh, masyarakat Betawi memiliki tradisi yang kental dengan nuansa religi. Serial Sinetron “Si Doel Anak Sekolahan” misalnya populer dengan jorgan “Kerjaannye sembahyang mengaji” yang disematkan pada tokoh utamanya, Si Doel sebagai “Anak Betawi Asli“.
Nah, bicara tentang tradisi dan budaya, rasanya hanya sedikit tokoh dan figur pemimpin nasional yang memiliki perhatian lebih terhadap problematika seni, tradisi, dan kebudayaan khas daerah Indonesia di tengah serbuan budaya dan tradisi asing.
Di antara yang sedikit itu ada Ketua Umum DPP PKB Abdul Muhaimin Iskandar atau Gus Muhaimin. Wakil Ketua DPR RI Bidang Kokesra, ini bahkan memiliki pemikiran, pentingnya kebudayaan menjadi panglima dalam pembangunan bangsa ke depan.
Antara lain itulah yang membuat Relawan Saung Betawi Bersaudara memutuskan mendukung Gus Muhaimin untuk maju sebagai Capres 2004 nanti.
“Kami mendukung Gus Muhaimin untuk maju sebagai calon presiden (capres) maupun sebagai cawapres di Pilpres 2024 nanti,”ujar Bang Mamat, Koordinator Relawan Saung Betawi Bersaudara usai deklarasi dukung Gus Muhaimin Presiden 2024, di Kelurahan Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, Senin (17/7/2023).
Sebab menurut politisi berlatar belakang santri nahdliyin tulen ini, kebudayaan memiliki nilai strategis dan efektif untuk menjadi jalan mewujudkan perubahan, lantaran kebudayaan bisa menyangkut semua aspek, seperti model dan corak kesenian, tradisi budaya, potensi ekonomi, sampai pendidikan tidak bisa dilepaskan dari kebudayaan.
“Kebudayaan bisa menjadi kekuatan dan unsur perekat bagi sebuah bangsa,”ujar Bang mamat. Karena itu, menurut Gus Muhaimin sudah saatnya bagi Indonesia menjadikan kebudayaan sebagai panglima dalam pembangunan nasional.
Budaya bisa menjadi panglima pembangungan
Gus Muhaimin pernah menyampaikan, di masa Bung Karno, politik dijadikan sebagai panglima. Bahkan, pertunjukan ludruk saat itu dilarang. Selanjutnya, pada era Orde Baru di bawah Presiden Soeharto, ekonomi yang dijadikan sebagai panglima pembangunan.
“Reformasi nggak ada panglimanya sehingga tidak punya arah. Kalau mau punya arah budaya harus jadi panglima karena semua sendi kehidupan ujung-ujungnya budaya yang bisa menguatkan, mengokohkan dan mempersatukan,” tutur suatu ketika.
Kami setuju dengan gagasan Gus Muhaimin bahwa kondisi saat ini di masa pancaroba akibat pandemi, budaya bisa menjadi pencegah terjadinya konflik, kekerasan, dan perpecahan. Apalagi mendekati kompetisi Pemilu 2024. Karena itu, Gus Muhaimin meminta pemerintah pusat dan pemda untuk benar-benar memperhatikan nasib para seniman tradisional.
Relawan Betawi Bersaudara di Jakarta Selatan mendukung gagasan Ketum DPP PKB agar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan memberikan perhatian khusus, memberi ruang atau panggung, terahadap pelaku seni tradisi di setiap daerah, termasuk seni tradisi masyarakat lokal Betawi di Jakarta. (***)