“Kalau ada orang yang mengatakan bahwa PKB saat ini bukan berada di posisi baik, itu keliru besar,”ujar Eep Saifulloh Fatah, Ph.D, CEO PolMark Indonesia.
PKBTalk24, Cirebon ~ Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) saat ini sudah naik kelas, bukan lagi sekadar partai lokal, tetapi sudah menjadi partai berkalas Nasional. Karenanya salah besar jika ada yang beranggapan bahwa PKB hari ini berada di posisi yang tidak baik.
“Kalau ada orang yang mengatakan bahwa PKB saat ini bukan berada di posisi baik, itu keliru besar,”ujar Eep Saifulloh Fatah, Ph.D, CEO PolMark Indonesia dalam kesempatan workshop bertajuk, The Winning Workshop PKB : ideologi, Strategy, Trafic, and Logistic, yang digelar di Sekolah Pendidikan Politik, Bina Insan Mulia, Cirebon, Kamis (13/7/2023).
Eep Saifulloh Fatah kemudian menyampaikan sejumlah fakta hasil penelitiannya untuk mendukung argumentasinya.
Menurutnya, perjalanan historis PKB dalam proses demokrasi dan Pemilu yang diikuti, sejak awal berdirinya (1999), hingga saat ini membuktikan, bahwa partai yang didirikan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu, sudah naik kelas, bukan lagi sekadar partai “lokal” karena berhasil memperluas basis masa pendukungnya bukan hanya terkonsentrasi di pulau Jawa, khususnya di Jawa Timur.
Direktur Polmark Indonesia, kemudian membeberkan kilas balik perjalanan perolehan suara PKB dari pemilu ke pemilu yang diikuti oleh PKB sejak era reformasi atau di awal berdirinya PKB.
Pada tahun 1999, PKB meraih 51 hursi DPR RI. Lima tahun kemudian (2004), suara PKB di DPR bertambah satu, menjadi 52 kursi. Lima tahun kemudian (2009), suara PKB berkurang 24 alias hanya meraih 28 kursi DPR RI. “Ini sebagai akibat atau dampak dinamika internal partai yang hebat,”ujar Eep Saifulloh.
Tetapi, pada pemilu keempat yang diikuti (2014), perolehan kursi DPR RI dari PKB bertambah 19 kursi menjadi 47 kursi. Lalu pada pemilu terakhir (2019), trend kenaikan suara PKB berlanjut dengan bertamah 11 kursi menjadi 58 Kursi DPR RI. Perolahan kursi PKB terbesar dalam sejarah pemilu yang diikuti PKB.
“Hal yang istimewa bagi PKB di Pemilu 2019 adalah bahwa capaian tersebut dilengkapi dengan sebaran suara PKB paling luas. Ada yang mengatakan karena efek pendamping desa yang dimilki PKB dan lain-lain. Tapi yang terpenting adalah, trend kenaikan suara yang menandai adanya kenaikan kelas PKB dari partai lokal, menjadi partai berkelas nasional,”jelas Eep Saifulloh Fatah.
Peluang PKB Jakarta – Banten di Pemilu 2024, berpotensi raih 80-100 Kursi
Lalu apakah pada Pemilu 2024 nanti tend suara PKB akan naik dan bisa meraih 80-100 kursi DPR RI? Hal itu ujar, Eep tergatung dari ikhtiar para pelaku pejuang electoral di PKB, yang tidak lain adalah para caleg dan segenap eleman partai. Menurut Eep Saifulloh, peluang PKB untuk menang di Pemilu 2024 sangat besar karena beberapa alasan.
Pertama, para Caleg DKI Jakarta dan Banten di Pemilu 2019 tidak pernah dikumpulkan dan melakukan konsolidasi, persiapan pemilu sejak jauh-jauh hari seperti saat ini.
LPP DPP PKB maupun LPP DPW PKB DKI Jakarta dan Banten, tidak seserius saat ini. Para caleg sebelumnya tidak pernah sesemangat saat ini.
“Itu bedanya dengan Pemilu 2024 nanti. Tapi para pelakunya yang akan membuat berbeda. Karenanya, penting untuk memulai proses pemilu dengan semangat dan sepirit berbeda, karena hasil tidak pernah mengkhianati ikhtiar,”ujar Eep Saifulloh.
Kedua, pada Pemilu 2019, LPP DPP PKB Pusat maupun daerah tidak membuat pemetaan. Tidak ada survei perdapil. Partai tidak mengadakan survei. “Kali ini, PKB satu-satunya partai memiliki survei dapil lengkap,”jelas Aep.
Ketiga, di Pemilu 2024 nanti, LPP PKB sudah membuat sistem Zonasi per Dapil (daerah pemilihan), berdasarkan hasil survei yang cukup detail, yang bisa menjadi panduan bagi para caleg untuk melangkah, menentukan stragegi dan pendekatan ke konstituen.
“Keempat, Ketua Umum-nya Gus Muhaimin Iskandar, ada peluang menjadi calon presiden di 2024, sehingga ini bisa memberi efek electoral bagi para pemilihnya,”jelas Eep Saifulloh Fatah. (***)