“Dari 822 santri, 309 sudah hafal 30 juz. Sisanya ada yang hafal 25, 20, 10, bahkan 5 juz. Semua progress-nya luar biasa,” ujar Kiai Jazuli dalam acara Wisuda Tahfidz Akbar BimaQu, Sabtu-Minggu (28–29 Juni 2025).
CIREBON — Siapa bilang hafal 30 juz Al-Qur’an butuh waktu bertahun-tahun? Di Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon, ratusan santri membuktikan hal sebaliknya. Lewat metode BimaQu, sebanyak 309 santri berhasil khatam 30 juz hanya dalam waktu 4 bulan!
Program tahfidz intensif ini digagas langsung oleh Pengasuh Pesantren, KH. Imam Jazuli, yang sekaligus menjadi pencetus metode BimaQu—metode hafalan cepat, efisien, dan bisa diikuti siapa saja.
“Dari 822 santri, 309 sudah hafal 30 juz. Sisanya ada yang hafal 25, 20, 10, bahkan 5 juz. Semua progress-nya luar biasa,” ujar Kiai Jazuli dalam acara Wisuda Tahfidz Akbar BimaQu, Sabtu-Minggu (28–29 Juni 2025).
Santri-santri penghafal Qur’an itu berasal dari dua lembaga: Pesantren BIM 1 dan Pesantren VIP BIM 2, dengan rincian 156 santri dari BIM 1 dan 153 dari BIM 2 yang sukses menuntaskan 30 juz.
Tak Sekadar Hafal, Tapi Jadi Gerakan Kolektif
Wisuda akbar ini digelar megah di Saphire Ballroom, Aston Hotel Cirebon, dan dihadiri lebih dari 2.100 orang, mulai dari santri, wali santri, hingga para guru. Ini bukan sekadar perayaan pribadi, tapi simbol gerakan bersama menumbuhkan cinta Al-Qur’an.
Sebagai bentuk apresiasi, Kiai Jazuli memberikan hadiah Rp100 juta kepada para guru tahfidz yang disebutnya sebagai “pejuang sunyi”. Mereka bekerja dalam diam, menyimak hafalan santri dari pagi hingga malam, sering kali mengorbankan waktu istirahat dan keluarga.
Gratis, Terbukti, dan Terbuka untuk Semua
Hal paling mengejutkan? Program ini 100% gratis!
“Di luar sana, program tahfidz bisa sampai Rp20 juta per orang. Di sini gratis, bahkan makan dan tinggal disediakan,” tegas Kiai Jazuli.
Ia meyakini bahwa keberhasilan menghafal Al-Qur’an bukan soal biaya, tapi soal metode dan niat. Metode BimaQu yang ia rancang menekankan efisiensi, fokus, dan bimbingan personal.
Tak heran, Pesantren Bina Insan Mulia pernah dinobatkan sebagai pesantren dengan jumlah penghafal Qur’an terbanyak di Jawa Barat. Alumni BIM pun kini tersebar di berbagai kampus dalam dan luar negeri, termasuk di Timur Tengah.
Tak Cuma Hafal, Tapi Harus Paham dan Diamalkan
Namun, bagi Kiai Jazuli, hafalan saja tak cukup. Ia berpesan agar Al-Qur’an juga dipahami dan diamalkan, bukan hanya dihafal secara tekstual.
“Banyak orang hafal, tapi tak paham makna. Ini berbahaya, bisa menjurus ke pemahaman yang keliru bahkan ekstrem,” tegasnya.
Ia juga menyemangati para santri yang belum mencapai 30 juz dengan kisah pribadinya. Ternyata, saat menimba ilmu di Mesir, ia sendiri hanya hafal 8 juz. Bahkan anak-anaknya pun tidak menjadi hafidz di pesantren ini, tapi di tempat lain. Pesan ini disampaikan dengan nada rendah hati, tapi sangat menginspirasi.
Di tengah dunia yang penuh hiruk pikuk, keberhasilan ratusan santri ini adalah kabar baik yang menenteramkan. Pesantren Bina Insan Mulia membuktikan bahwa dengan visi yang jelas, metode yang tepat, dan semangat kolektif, hafal 30 juz bukan lagi impian, tapi kenyataan. (AKH)