“Siapapun yang mendorong sistem pemilu tertutup berarti termasuk pihak yang ingin merusak tatanan demokrasi yang sudah dibangun dengan susah payah di negeri ini. Karena jelas sistem tersebut adalah pengkhianatan terhadap demokrasi,” Nasim Khan, Wabendum DPP PKB.
PKBTalk24, Jakarta ~ Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menolak Pemilu 2024 dilaksanakan secara tertutup. Sebab Pemilu sistem proporsional tertutup atau hanya mencoblos gambar partai dinilai merupakan bentuk pengkhianatan terhadap sistem demokrasi. Hal itu, disampaikan oleh Wakil Bendahara Umum (Wabendum) DPP PKB Nasim Khan di hadapan wartawan, di Jakarta, Rabu (4/1/2023).
“Siapapun yang mendorong sistem pemilu tertutup berarti termasuk pihak yang ingin merusak tatanan demokrasi yang sudah dibangun dengan susah payah di negeri ini. Karena jelas sistem tersebut adalah pengkhianatan terhadap demokrasi. Rakyat Indonesia sudah cerdas berpolitik. Wacana itu pasti akan ditolak,” kata Nasim Khan.
Lebih lanjut, Nasim Khan kemudian menyebutkan bunyi Putusan MK No.22-24/PUU-IV/2008 pada 23 Desember 2008 yang secara jelas mendukung penerapan proporsional terbuka di Pileg 2009.
Menurutnya, sistem pemilu tertutup menjadikan hak konstitusional seorang calon legislatif (caleg) tak bisa terpenuhi. Nasim memberikan contoh, caleg tidak bisa menunjukkan kualitas dirinya kepada pemilih. Sebaliknya, pemilu dengan sistem terbuka, jelas akan membuat publik dapat menilai secara langsung, siapa wakil yang akan mereka pilih.
Karenanya, “Dengan menjadikan pemilu tertutup, hak mereka berarti telah diamputasi. Ini jelas pelanggaran,” tegasnya. Hal lainnya, Nasim menilai bahwa dengan sistem pemilu tertutup, maka para calon legislatif mendapatkan nomor urut yang ditentukan partai. Calon-calon yang bertarung di Pileg, ujarnya tidak bisa mandiri dan terkesan diatur-atur partai.
Pemilu Terbuka membuka ruang dan kesempatan luas pada kader terbaik bangsa
Nasim kemudian menuturkan bahwa sistem pemilu terbuka justru membuka ruang bagi putra-putri terbaik bangsa untuk bisa mengekploitasi kapasitasnya dalam memajukan Indonesia melalui jalur politik.
Menurutnya, inilah esensi dan tujuan demokrasi. “Sistem demokrasi membuka ruang untuk semua putra-putri terbaik bangsa mengeksplorasi kapasitasnya hingga batas maksimal, untuk mengabdi bagi kemajuan Indonesia bukan mengabdi untuk partai,” ujar Nasim.
Sistem proporsional terutup menunjukkan kemunduran demokrasi
Wabendum PKB Nasim Khan juga tidak sepakat dengan anggapan seolah pemilu tertutup lebih menghemat biaya dibandingkan sistem terbuka, karena desain surat suara bisa lebih sederhana. Menurutnya, jika negara ingin benar-benar mau menghemat, caranya bukan dengan mengorbankan sistem demokrasi yang sudah berjalan selama ini.
“Sistem yang berkualitas harus disiapkan secara matang dan tidak amburadul. Dampak manfaat dari sistem proporsional tertutup menunjukkan kemunduran demokrasi yang akan berimplikasi terhadap kemajuan bangsa ini di masa depan. Tidak ada lagi wacana kritis dan atau hak individu untuk menggugat hasil-hasil pemilu karena semua mekanisme pengaduan sudah diamputasi sejak dini,” pungkasnya. (***)