Tugas dan tantangan ke depan akan lebih berat karena benchmark sudah tinggi. Kalau haji tahun ini kita dapat penilaian sangat memuaskan dengan indeks 90,45 berdasarkan hasil survei BPS. Maka kepuasan jemaah haji tahun depan tidak boleh rendah dari capaian tahun ini.
PKBTalk24, Jakarta ~ Kementerian Agama mendapatkan sejumlah penghargaan di tahun 2022. Hal itu menjadi capaian tersendiri dan patut diapresiasi. Namun demikian, Menteri Agama ( Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengingatkan jajarannya bahwa capaian yang diraih sepanjang 2022 bukanlah akhir dari tugas pelayanan publik.
Hal ini disampaikan Gus Men, panggilan akrabnya, dalam gelaran Kaleidoskop Capaian Kinerja Kemenag 2022 yang diselenggarakan Badan Litbang Diklat Kemenag di Jakarta.
Tampak hadir, Ketua Komisi VIII DPR Ashabul Kahfi, para pejabat eselon I dan II Kemenag, Kakanwil, Rektor PTKIN, Staf Ahli, Staf Khusus dan Tenaga Ahli Menag, serta keluarga besar ASN Kemenag. Giat ini juga dimeriahkan kehadiran seniman dan budayawan nasional Sujiwo Tejo.
“Tugas dan tantangan ke depan akan lebih berat karena benchmark sudah tinggi. Kalau haji tahun ini kita dapat penilaian sangat memuaskan dengan indeks 90,45 berdasarkan hasil survei BPS. Maka kepuasan jemaah haji tahun depan tidak boleh rendah dari capaian tahun ini, dan itu tentu bukan pekerjaan yang mudah,” kata Menag, Jumat (30/12/2022).
“Haji tahun depan sesuai komunikasi saya dengan Menteri Haji Arab Saudi, kuota jemaah haji Indonesia 100 persen. Bahkan, bisa lebih kalau kita negosiasi dalam muktamar haji tahun depan. Artinya tantangan akan jauh lebih berat,” sambungnya.
Begitu pun dengan penghargaan lainnya. Misalnya, Kemenag meraih tiga penghargaan Tempo sekaligus. Tahun depan tidak boleh kurang dari tiga, kalau bisa lebih, minimal sama.
“Itu bukan pekerjaan yang mudah. Apa yang ingin disampaikan dalam kaleideskop ini adalah bagian dari syukur kita atas nikmat yang diperoleh. Jangan karena penghargaan ini kita menjadi jumawa dan menyombongkan diri sehingga lupa akan tugas utama memberikan pelayanan kepada publik,” tandas Menag.
Menag juga mengingatkan jajarannya, bahwa kementerian ini harus menjadi milik semua agama, serta tempat berkumpulnya semua agama dan kepercayaan. Kemenag harus benar-benar mengambarkan cerminan bagaimana Indonesia itu mewadahi semua agama dengan proporsional.
Secara khusus, Menag juga minta Dirjen Bimas Islam untuk mencari solusi untuk meningkatkan gaji penyuluh agama Non PNS. Menurutnya, mereka memiliki tugas yang banyak dan tangung jawab yang besar. Sehingga, perlu mendapat penghargaan yang semestinya. “Dirjen Bimas Islam, Sekjen, dan Kepala Biro Perencanaan saya minta untuk memikirkan hal ini,” kata Menag. (***)