“Energi PKB terbuang mubadzir kalau terus-menerus mengurusi gangguan elite-elite PBNU, yang centil-centil itu,” papar Kiai Imjaz, disambut riuh ketawa dan tepuk tangan.
PKBTalk24 l Jakarta ~ Gemuruh desakan MLB NU menggema di forum Dewan Syuro PKB se-Jawa Barat. Hal itu terjadi saat KH. Imam Jazuli, Lc,MA, pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia 2 Cirebon memberikan sambutan pada acara konsolidasi Dewan Syuro PKB Jawa Barat. Sabtu (10/8/2024) di Joglo Agung, Pesantren VIP Bina Insan Mulia 2 Cirebon.
Kiai Imjaz, begitu ia biasa disapa, mengatakan MLB NU harus segera diberesin karena dua alasan mendasar. “Saya yakin, seyakin-yakinnya di Pemilu 2029 nanti, 100 kursi DPR RI akan diraih PKB dengan catatan beresin dulu MLB NU supaya matching, sebab sepertinya mereka tidak senang melihat PKB berhasil” demikian disampaikan KH. Imam Jazuli, Lc., MA.
Tak pelak, hadirin berdiri memberi tepuk tangan bersemangat untuk memberikan dukungan. Pada gelaran acara konsolidasi Dewan Syuro PKB Jawa Barat tersebut, tak kurang 400 kader PKB yang terdiri dari jajaran Dewan Syuro, Tanfidz, Anggota DPRD dan DPRRI.
Hadir juga para kiai khas, bu nyai, dan calon Bupati dan Walikota Jabar yang diusung PKB. Salah satunya adalah KH. Acep Adang Ruhiyat, Ketua Dewan Syuro PKB Jawa Barat, yang dicalonkan sebagai calon Calon Wakil Gubernur Jawa Barat dari oleh PKB Jabar.
Lebih lanjut Kiai Imjaz menyampaikan alasan perlunya MLB NU. Pertama, manuver elite PBNU di bawah Gus Yahya yang selama ini terus mengganggu kinerja PKB, meski manuvernya tidak membahayakan, namun cukup meresahkan.
“Energi PKB terbuang mubadzir kalau terus-menerus mengurusi gangguan elite-elite PBNU, yang centil-centil itu,” paparnya yang disambut riuh ketawa dan tepuk tangan.
Kiai Imjaz berargumen bahwa elite-elite PBNU yang berkuasa sekarang ini selalu menciptakan manuver recehan untuk mengganggu perjuangan PKB, baik di Pilpres maupun Pileg melalui pernyataan dan gerakan. Bahkan mereka menggunakan ancaman berupa SP (Surat Peringatan) terhadap kader NU yang memperjuangkan PKB di bawah.
“Saya mendapatkan laporan dari teman-teman struktural, mereka takut diberi Surat Peringatan (SP) oleh PBNU jika ketahuan mendukung perjuangan PKB, dan di saat kita akan menghadapi Pilkada serentak, kumat lagi penyakit elite PBNU, suka membikin manuver recehan seperti biasanya..,” terangnya yang disambut “benar” hadirin.
Meski kerap mendapat gangguan dan rintangan elite PBNU, tapi dalam kenyataannya, menurut Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia ini, berbagai manuver tersebut gagal di lapangan. Hal itu dibuktikan dengan prestasi PKB Jawa Barat di Pilpres dan Pileg 2024 kemarin.
Menurut Kiai Imjaz, PKB telah mencapai titik keberhasilan yang tak pernah terbayangkan, padahal langkah perjuangannya dibayang-bayangi gangguan terus menerus oleh manuver elite PBNU. Tidak ada Dapil kosong di Jabar dan PKB menempati posisi 3 besar di Jawa Barat setelah Golkar dan Gerindra.
Jumlah kursi PKB untuk DPRD Jawa Barat menjadi 15 dari 12 kursi. Sedangkan di 27 kabupaten dan kota, PKB meraih 162 kursi di DPRD pada Pemilu 2024 ini.
Kedua, menurut Kiai Imjaz, kekuatan NU bersumber dari jama’ah (kerja sama dan sinergi), bukan semata dari jam’iyah (organisasi) karena itu seluruh organ NU harus berada dalam satu barisan.
“Karena itu, PKB tidak boleh diam terhadap gangguan mereka, kecuali mereka berubah dan bertobat, tentu itu yang kita harapkan, PBNU focus saja pada tugas utamanya; sosial, keagamaan dan keumatan, sedangkan PKB di wilayah politik, wong kamarnya beda kok, justru sinergi keduanya lebih tepat, sehingga Jama’ah dan Jamiyyah NU solid satu barisan “ jelas Kiai Imam Jazuli.
Menurut Kiai Imjaz, kerja sama, sinergi dan tolong menolong dalam satu barisan bagi NU dan PKB sangat sentral terkait dengan perjuangan untuk mempertahankan dan memperkuat eksistensi akidah Ahlu Sunnah wal Jama’ah di Indonesia. “Saya khawatir tanpa kekuatan politik PKB, 50 tahun ke depan eksistensi NU hanya tinggal nama,” tambahnya.
Menurut beliau, perjalanan sejarah bangsa-bangsa membuktikan bahwa eksistensi aliran teologi dan ideologi tergantung pada kekuatan politik yang mendukungnya. Saudi itu dulunya Sunni, tapi karena politiknya kalah, maka Saudi berubah. Demikian juga Universitas Al-Azhar yang dulunya Syiah lalu menjadi Sunni karena kekuatan politiknya kalah.
Di penghujung sambutannya, Kiai Imam Jazuli mengatakan bahwa masyarakat NU, baik struktural maupun kultural tetap memiliki hati (kecintaan) pada PKB (Partai Kebangkitan Bangsa), meskipun untuk struktural mereka tidak mau didokumentasikan karena takut terkena SP (Surat Peringatan) dari PBNU.
Kiai Imjaz juga menyampaikan langkah jitu yang diambil Ketum Gus Muhaimin terkait Muktamar PKB pada bulan Agustus 2024 ini, dan komunikasi politik yang dibangun dengan Pak Prabowo dan Pak Jokowi.
“Kita ini perlu bersyukur karena memiliki Ketum yang licin dan langkahnya smart tak terduga, jadi sebetulnya klo di ibaratkan permaian, ini semua sudah Game Over, alhamdulillah PKB selalu terjaga dari gangguan elit-elit genit tersebut ” pungkasnya. (***)