“Setelah Arafah, malam 10 Zulhijjah seluruh jemaah bergerak ke Muzdalifah untuk mabit,” ujar KH Ulinnuha, dikutip dari laman resmi Kementerian Agama.
PKBTalk24 | Jakarta ~ Setelah menjalani wukuf di Arafah pada 9 Zulhijjah 1446 H atau Kamis, 5 Juni 2025—puncak dari ibadah haji—para jemaah bergerak menuju Muzdalifah. Di sana, mereka menjalani mabit, bermalam sejenak untuk melanjutkan rangkaian ibadah berikutnya di Mina.
Musytasyar Dini Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, KH M. Ulinnuha, menjelaskan bahwa mabit di Muzdalifah dan Mina merupakan bagian dari wajib haji yang tak boleh diabaikan.
“Setelah Arafah, malam 10 Zulhijjah seluruh jemaah bergerak ke Muzdalifah untuk mabit,” ujar KH Ulinnuha, dikutip dari laman resmi Kementerian Agama.
Simbol Perjalanan dan Pertemuan
Muzdalifah secara etimologis berasal dari kata al-izdilaf yang berarti berkumpul. Dalam sejarah Islam, Muzdalifah diyakini sebagai tempat pertemuan Nabi Adam dan Siti Hawa setelah lama terpisah. Lokasi ini juga disebut Masy’arilharam dalam Al-Qur’an:
“Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafah, berdzikirlah kepada Allah di Masy’arilharam.”
(QS Al-Baqarah: 198)
Selama mabit, jemaah dianjurkan memperbanyak dzikir dan doa, sekaligus mulai mengumpulkan batu kerikil untuk lontar jumrah. Meski kerikil disediakan oleh penyelenggara, mengambil sendiri batu kerikil tetap disarankan sebagai bentuk keteladanan sunah Nabi.
-
Untuk nafar awal: disiapkan 49 butir
-
Untuk nafar tsani: 70 butir
-
Tambahan dianjurkan sebagai cadangan
Dari Muzdalifah ke Mina: Melanjutkan Rangkaian Ibadah
Menjelang subuh, jemaah bergerak menuju Mina untuk menjalani lempar jumrah Aqabah pada 10 Zulhijjah. Ritual ini dilakukan dengan melempar tujuh batu kerikil ke arah tiang jumrah, simbol penolakan terhadap godaan setan. Usai jumrah, jemaah melakukan tahallul awal—mencukur atau memotong rambut—sebagai tanda sebagian larangan ihram telah gugur.
Aktivitas kembali normal, kecuali hubungan suami istri yang baru diperbolehkan setelah tahallul tsani pasca tawaf Ifadah di Makkah.
Nafar Awal dan Nafar Tsani
Setelah itu, jemaah kembali bermalam di Mina:
-
Nafar awal: mabit di malam 11 dan 12 Zulhijjah, melontar tiga jumrah (ula, wustha, aqabah) masing-masing tujuh kali
-
Nafar tsani: melanjutkan hingga malam 13 Zulhijjah, dan kembali melakukan lontar jumrah
KH Ulinnuha menegaskan bahwa seluruh rangkaian ini termasuk dalam wajib haji. “Bagi jemaah yang tidak melaksanakannya tanpa alasan syar’i, maka diwajibkan membayar dam atau denda,” ujarnya.
Akhir Rangkaian: Kembali ke Makkah
Setelah menyelesaikan mabit dan seluruh proses jumrah, jemaah kembali ke hotel masing-masing di Makkah. Di sana, mereka akan melanjutkan amalan-amalan haji lainnya, termasuk tawaf dan ibadah sunah penutup.
Mabit bukan sekadar istirahat di malam hari, tetapi momen spiritual mendalam—menyatu dengan jutaan jiwa dari seluruh dunia dalam satu tujuan: menyempurnakan ibadah haji dengan penuh makna dan ketundukan. (AKH)