Budaya adalah wajah Jakarta yang sejati — hadir dalam keseharian warga, dalam ruang publik yang hidup, ekspresi seni, bahasa, hingga tradisi lintas generasi. “Jakarta yang tumbuh menjadi kota global tetap harus berpijak kuat pada identitas budayanya..”
M. Fuadi Luthfi | Ketua Fraksi PKB DPRD Provinsi DKI Jakarta
PKBTalk24 | Jakarta ~ Jakarta resmi menapaki usia ke-498 tahun. Hampir lima abad perjalanan ibu kota Indonesia ini diwarnai dengan berbagai dinamika — dari masa kolonial, kemerdekaan, hingga kini bertransformasi menjadi salah satu kota megapolitan paling dinamis di kawasan Asia.
Namun di tengah laju modernisasi dan pertumbuhan fisik yang pesat, ada satu kekuatan yang terus menjadi denyut nadi Jakarta: budayanya. Budaya bukan sekadar simbol masa lalu, tapi jantung yang menjaga identitas kota tetap berdenyut hidup.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Fraksi PKB DPRD DKI Jakarta, M. Fuadi Luthfi, dalam pernyataannya memperingati HUT ke-498 Jakarta. Menurutnya, budaya adalah wajah Jakarta yang sejati — hadir dalam keseharian warga, dalam ruang publik yang hidup, ekspresi seni, bahasa, hingga tradisi lintas generasi.
“Jakarta yang tumbuh menjadi kota global tetap harus berpijak kuat pada identitas budayanya. Kota yang besar bukan hanya yang modern infrastrukturnya, tetapi yang tahu siapa dirinya,” ujar Fuadi.
Pada momen perayaan HUT ke-498 Kota Jakarta, Fraksi PKB DPRD DKI Jakarta mengapresiasi sejumlah langkah progresif Pemprov DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Gubernur Jakarta Pramono Anung dan Wakil Gubernur, Rano Karno (Bang Doel).
Sejumlah program seperti, Rabu Wajib Naik Angkutan Umum bagi ASN dinilai menjadi pendorong perubahan perilaku dalam penggunaan transportasi massal. Program lain, implementasi Satu APAR Satu RT, juga dianggap merupakan upaya penting dalam memperkuat sistem deteksi dini dan mitigasi kebakaran di kawasan permukiman padat.
Pentingnya penguatan tradisi Betawi sebagai indentitas asli Jakarta
Secara khusus, Fraksi PKB DPRD DKI Jakarta menyoroti pentingnya budaya lokal, khususnya tradisi Betawi yang menjadi identitas asli Jakarta. Dari lenong, tanjidor, semur jengkol, hingga tradisi maulid kampung, semua merupakan kekayaan yang tak lekang oleh waktu. Komunitas seni, seniman muda kreatif, hingga kelompok tradisi kampung harus terus mendapatkan ruang di tengah pembangunan kota.
Tak hanya itu, sebagai partai yang lahir dari rahim pesantren, PKB juga menegaskan pentingnya nilai-nilai kepesantrenan sebagai bagian dari wajah budaya Jakarta. Pendidikan pesantren, dengan nilai-nilai integritas, tanggung jawab sosial, serta toleransi, diyakini menjadi fondasi penting bagi Jakarta sebagai kota global yang maju secara teknologi, sekaligus unggul dalam peradaban akhlak.
Menjelang usia emas Jakarta ke-500 pada 2027 mendatang, Fraksi PKB menegaskan komitmennya untuk terus memperjuangkan agar kebijakan pembangunan kota menyatu dengan kebijakan kebudayaan.
“Kami mendorong tata ruang yang memberi ruang tumbuh bagi komunitas seni dan tradisi, pembiayaan publik untuk ruang ekspresi warga, dan perlindungan terhadap situs budaya, pesantren, serta ruang-ruang spiritual warga,” jelas Fuadi.
Bagi PKB, Jakarta bukan sekadar pusat pemerintahan atau bisnis semata. Jakarta adalah rumah bersama, di mana budaya menjadi penyangga utama agar kota ini tetap manusiawi, berkarakter, dan bermartabat dalam menghadapi perubahan global.
Dirgahayu Jakarta ke-498. Mari bersama merawat budaya sebagai wajah kota. Karena kota yang besar adalah kota yang tahu menjaga jiwanya. (AKH)