“Kriteria calon kepala daerah DKJ ke depan, pertama harus memiliki visi jelas tentang kota modern seperti apa dan pusat perekonomian nasional maupun global,” jelas Hasbiallah Ilyas.
PKBTalk24 | Jakarta ~ Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jakarta H. Hasbiallah Ilyas, menyebutkan pihaknya bakal menyiapkan kader terbaik untuk menjadi kandidat calon kepala daerah (Cakada) alias calon gubernur (Cagub) di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024, yang akan berlangsung November 2024.
“Belum ditentukan siapa, karena mekanismenya masih panjang. Tetapi PKB punya kader-kader terbaik untuk bisa memimpin Jakarta setelah tidak menjadi ibu kota negeri (IKN),” ujar H. Hasbiallah Ilyas, Ketua DPW PKB Jakarta, kepada media usai menggelar acara buka puasa bersama, caleg dan caleg terpilih dari PKB Jakarta, di Pendopo Pulomas, Jakarta Minggu (31/3/2024).
Lebih lanjut, Hasbiallah menuturkan, Jakarta ke depan – setelah tidak lagi menjadi ibu kota negara (IKN), akan sangat berbeda dengan sebelumnya. Jakarta akan semakin komplek. Sesuai Undang-undang DKJ, yang baru disahkan oleh Baleg DPR RI bersama dengan pemerintah (Kamis, 28/3/2024), Jakarta akan menjadi pusat perekonomian nasional.
“Ini berarti, Jakarta akan berfungsi sebagai pusat perdagangan, kegiatan layanan jasa dan keuangan, serta kegiatan bisnis nasional dan global, seperti halnya New York City di Amerika Serikat, atau Casablanca City di Afrika,”ujar Hasbiallah, caleg terpilih DPR RI dari PKB lewat Dapil Jakarta I.
Karena itu, model kepemimpinan di DKJ juga berbeda. “Kriteria calon kepala daerah DKJ ke depan, pertama harus memiliki visi jelas tentang kota modern seperti apa dan pusat perekonomian nasional maupun global,” jelas Hasbiallah Ilyas.
Kedua, calon pemimpin Jakarta harus memahami betul masalah yang terjadi di kota Jakarta. Masalah Jakarta tersebut disebutnya hingga saat ini tidak kunjung selesai, karena pemimpinnya tidak memahami masalah substansial kota dan warga Jakarta.
Ketiga, pemimpin Jakarta ke depan harus memahami persoalah wilayah penyangga Jakarta. Sebab menurut Hasbiallah, permasalahan Jakarta bukan hanya bertumpuk di Jakarta, tetapi juga sebagian diberasal dari beban wilayah penyangga.
Sebagai contoh masalah banjir, Jakarta tidak bisa mengatasi masalah banjir sendirian, harus melibatkan daerah penyangga. “Dari hulu ke hilirnya mesti dibenahin juga, jika masalah banjir di Jakarta mau tuntas,” ujar Hasbiallah.
Selain itu, masalah macet di Jakarta tak kunjung selesai juga disebabkan karena sumbangan dari masalah di daerah penyangga Jakarta. Menurutnya, saat ini hampir 30 persen, ASN yang bekerja di Jakarta berasal dan tinggal di luar Jakarta.
“Masalah kemacetan, yang disebabkan di antaranya para pekerja dari wilayah penyangga Jakarta. Penduduk Jakarta antara malam dan siang juga berbeda. Lebih banyak siang, karena wilayah-wilayah penyangga yang lebih banyak yang kerja di Jakarta,” katanya.
Menurut Hasbiallah, yang juga Ketua Fraksi PKB DKI Jakarta, memerlukan pemahaman yang holistik atau menyeluruh dari kepala daerah di Jakarta, sehingga masalah mendasar Jakarta, banjir, kemacetan, dan sampah bisa diselesaikan dengan tuntas.
Tidak harus putra Betawi
Apakah pemimpin Jakarta harus putra daerah? Menjawab pertanyaan ini, Hasbiallah mengatakan, tidak harus putra daerah atau Betawi. Karena Jakarta sudah menjadi miniaturnya Indonesia. “Jadi tidak mesti putra daerah, sepanjang memahami masalah warga Jakarta,” katanya.
Meski demikian, kelayakan-kelayakan dan kepantasan dari pemimpin dalam memimpin suatu wilayah harus dijaga. Misal dalam memilih Sekretaris Daerah (Sekda) di DKI, sepeninggal Gubernur Anies Baswedan, Pj Gubernur DKI memilih figur yang bukan putra Betawi.
“Mengapa Sekda mestilah dari dari putra Betawi, karena kalau putra Betawi, dia bisa mengkonsolidasikan semua elemen untuk menjalankan kebijakan di level program, sehingga bisa membantu menyelesaikan masalah-masalah di Jakarta,”katanya.
Sementara, menanggapi kemunculan namanya yang disebut oleh Sekjen DPP PKB, Hassanudin Wahid, layak memimpin Jakarta, Hasbiallah Ilyas berujar bahwa dirinya hanyalah kader partai. Apapun penugasan partai, dirinya siap menjalankan.
“Kalau saya, khan petugas partai. Siap kapan saja dibutuhkan. Tergantung partai menugaskan. Kalau partai menugaskan kita siap saja. Hanya lihat juga kalkulasinya bagaimana,” pungkasnya. (*)