- Menurut Gus Muhaimin, mulai banyak narasi-narasi dibangun melalui sosial media, di mana partai politik diseret-seret dalam pusaran kasus “hukum” yang tidak jelas juntrungannya.
- “Melalui Sekolah Pemimpin Perubahan (SPP) ini, kader-kader PKB yang terpilih menjadi anggota legislatif 2024-2029 diharapkan bisa menjadi pemimpin perubahan di lingkungan tugas masing-masing,”ujar Gus Muhaimin.
PKBTalk24 l Bogor ~ Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Abdul Muhaimin Iskandar atau Gus Muhaimin mensinyalir ada upaya pembelokkan konstitusi dan penumpulan peran pertai politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara akhir-ahkir ini.
Hal itu, disampaikan oleh Gus Muhaimin dalam pidato arahannya saat membuka Sekolah Pemimpin Perubahan (SPP), di Puncak Halimun Camp, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (3/8/2024).
Indikatornya ujar Gus Muhaimin, mulai banyak narasi-narasi dibangun melalui sosial media, di mana partai politik diseret-seret dalam pusaran kasus “hukum” yang tidak jelas juntrungannya.
Gus Muhaimin mencontohkan, ada kasus diungkap dengan selalu mengaitkannya dengan partai politik. Padahal ada kasus yang lebih besar dan membahayakan bangsa dan negara, tetapi tidak boleh dibuka alias ditutup-tutupi.
“Kemarin ada gubernur, tiba-tiba kasusnya (menguap-red) tidak jelas. Tetapi yang muncul ke permukaan, disebutkan bahwa gubernur tersebut menyewa perempuan hingga menghabiskan Rp 3 milyar,” katanya.
“Persepsi yang muncul, bukan karena semata kasus gubernurnya, tetapi konfigurasi negatif partai-partai yang ada di belakangnya,” ujar Gus Muhaimin.
Kasus semacam ini, menurut Gus Muhaimin merupakan bagian dari upaya menumpulkan peran partai politik. Sesuatu yang sangat membahayakan negara, karena sama artinya dengan membelokkan konstitusi, di mana disebutkan dalam sistem konstitusi kenegaraaan Indonesia, partai politik merupakan instrumen utama bagi pembangunan bangsa.
Sekolah Pemimpin Perubahan diharapkan menjadi solusi
Karena itulah, ujar Gus Muhaimin melalui Sekolah Pemimpin Perubahan (SPP), PKB ingin menciptakan kader-kader pemimpin perubahan yang bisa memberi solusi bagi masalah-masalah kebangsaan.
“Melalui Sekolah Pemimpin Perubahan (SPP) ini, kader-kader PKB yang terpilih menjadi anggota legislatif 2024-2029 diharapkan bisa menjadi pemimpin perubahan di lingkungan tugas masing-masing,”ujar Gus Muhaimin.
Untuk itu, Gus Muhaimin pun memberikan dua arahan sekaligus. Pertama, agar para caleg terpilih PKB, baik di DPR/DPRD mampu dan mau belajar dan berbenah diri, sehingga bisa dan mampu ‘menghantam’ konspirasi yang bermaksud melemahkan partai.
“Caranya dengan menjadikan sumber daya media dan sosial media sebagai bagian strategi kampenye perjuangan politik partai, sehingga konspirasi bisa dengan mudah dipatahkan, ” kata Dia.
Kedua, membuat narasi dan membangun persepsi untuk bisa mengembalikan arah pembangunan bangsa dan negara sesuai dengan track konsitusi, dan sejarahnya.
Gus Muhaimin dalam kesempatan tersebut juga menegaskan bahwa pemimpin PKB adalah juga merupakan pemimpin bagi bangsanya.
Pasalnya, di dalam konstitusi Indonesia, sejak awal sejarahnya, dibangun, dan dituliskan bahwa partai politik merupakan pilar utama penentu arah masa depan bangsa.
“Sehingga kalau kita menjadi pemimpin PKB, maka kita juga akan menentukan arah perjuangan bangsa,” ujar Gus Muhaimin.
Gus Muhaimin pun menyampaikan bahwa para pemimpin PKB diharapkan bisa menjadi lokomotif perubahan bagi bangsanya.
“Sebagai pemimpin perubahan, tugas kita dalam satu tarikan napas. Menyelamatkan partai politik sesuai dengan mandat sejarah dan konstitusi. Kedua, menjaga dan mengokohkan kembali peran partai, dalam berbangsa dan bernegara, sehingga negara dan bangsa menjadi lebih kuat dan maju serta memiliki daya tahan,” kata Gus Muhaimin.
Indonesia berada di ambang ketidakberdayaan ekonomi
Lebih lanjut Wakil Ketua DPR Bidang Kokesra ini mengingatkan jika bangsa Indonesia saat ini tengah menghadapi ancaman ketidakberdayaan ekonomi, menghadapi ancaman krisis ketahanan pangan.
“Nah, sekolah pemimpin perubahan ini saya harapkan menjadi pintu awal kita membaca seluruh peta kekuatan, sekaligus kita mampu mendefinisikan problematika yang dihadapi bangsa, sekaligus bagaimana posisi dan peran kita dalam memberikan jawaban,” terangnya.
Tentu saja, waktu penyelenggaraan SPP selama 2 malam 3 hari tidaklah cukup. Sebab, rakyat kita terus berubah, persepsi masyarakat terhadap kehidupan berubah, tantangan kebangsaan yang kita hadapi juga berubah. Cara kerja juga berubah.
Karenanya ujar Gus Muhaimin, para peserta SPP nantinya diharapkan tidak pernah berhenti belajar. “Sebab dunia yang dihadapi pun terus mengalami perubahan. Tidak pernah berhenti berubah,” tandasnya.(**)