PKB harus menjadi partai yang mengabdi pada banyak urusan sosial, politik, ekonomi, idiologi dan kemanusiaan yang berjangka menengah dan panjang. PKB harus menjadi penjemput masa depan yang bekerja hari ini untuk kelayakan anak cucu generasi hari esok.
PKBTalk24, Jakarta ~ Kemarin ada debat soal hubungan PKB dan NU. Semua pihak yang berdebat memiliki posisi dan argumen masing-masing, dan saya menghormati semua pihak itu. Alih-alih ikut menjadi pendebat, saya mau ambil posisi di atas pendebat. Ini posisi saya:
1). PKB memang lahir dari rahim NU. Tapi melihat organisasi sebesar NU wajar saja semua ingin diakui dan mengaku NU. Karena itu, mari kita hormati pihak-pihak lain yang mengaku sebagai NU juga. Tidak apa-apa. Biar saja.
2). PKB lahir di awal Reformasi, selepas zaman Orde Baru, baru sekitar 2,5 dekade lalu atau 1/4 terakhir usia NU. Pencapaian Pemilu 2019 lalu adalah pemuncak prestasi politik PKB selama 2,5 dekade hidupnya. Penjelasan tentang sukses ini bisa banyak. Tapi satu hal bisa kita pastikan: Sukses ini membuktikan bahwa PKB semakin serius dan konkret mewujudkan cita-citanya untuk mengangkat harkat dan derajat kehidupan warga NU. Karena itu, warga NU mengapresiasinya dengan semakin banyak yang memilih PKB dibandingkan partai-partai lain yang berusaha juga menggalang pilihan mereka.
3). Mari kita berhenti berdebat soal siapa yang berhak mengaku anaknya NU, mari melanjutkan perjuangan kita untuk melayani dan mengabdi kepada warga NU. Kemajuan PKB ditandai oleh kemajuan dan kesejahteraan warga NU.
4). Hubungan NU dan PKB tak bisa dipungkiri. Tetapi, PKB bukan hanya milik warga NU. Sebagaimana halnya NU, PKB berkhidmat untuk manfaat dan maslahat sebanyak mungkin orang, warga negara Indonesia secara luas.
Apa yang Harus PKB Lakukan?
Sekarang, pertanyaan paling penting untuk kita adalah: Apa yang akan dilakukan PKB ke depan, bersisian dengan perjalanan NU memasuki abad ke-2 hidupnya? Jawabannya, ada tiga.
1). Selama ini PKB sudah dekat dengan warga NU. Mari kita terus meningkatkan khidmat kita, dari sekadar “dekat” menjadi “di tengah”. PKB “di dekat warga NU” artinya PKB tahu persis apa masalah-masalah warga NU. PKB “di tengah NU” artinya PKB terlibat aktif mencari jalan keluar dari masalah-masalah warga NU.
Selama ini kita sudah berusaha keras dan cerdas untuk beringsut masuk ke tengah warga NU. Ini sudah pula diapresiasi warga NU — terbukti dengan sukses kita di 2019 lalu. Tetapi usaha ini belum cukup, tak boleh dihentikan, dan harus ditingkatkan.
Ayo! Kita libatkan diri membantu warga NU menemukan jalan keluar dari masalah-masalah hidup mereka!
2). Mari terus lanjutkan dan perluas perjuangan kita untuk bukan hanya memajukan dan menyejahterakan warga NU tetapi sebanyak mungkin orang, seluas-luasnya warga negara dan di seluruh pelosok Indonesia. Dengan lahir dari rahim NU, PKB harus berpegang teguh pada tujuan pendirian NU: Menjadi bagian penting untuk mencerdaskan bangsa dan menyejahterakan warga bangsa secara keseluruhan.
Ayo! Kita bangun partai ini menjadi partai yang makin besar! Partai semua orang! Pemenang Pemilu! Pemersatu Indonesia!
3). PKB tak boleh berpuas diri menjadi partai politik yang mengabdi ke bangsa ini, hanya mengurusi masalah-masalah jangka pendek saja. Tidak!
PKB harus menjadi partai yang mengabdi juga pada banyak urusan sosial, politik, ekonomi, ideologi dan kemanusiaan yang berjangka menengah dan panjang. PKB harus menjadi penjemput masa depan yang bekerja hari ini untuk kelayakan hidup anak cucu kita kelak.
Ayo! Kita buat bangsa Indonesia bukan hanya bersatu tapi juga bangsa yang merawat harapannya tentang esok yang lebih baik.
Tahniah, selamat buat NU. Selamat karena telah menjadi pembentuk, perawat dan penyelamat Indonesia selama 1 abad hidupnya ke belakang. Selamat menjalani abad kedua dalam berkah dan kemaslahatan.
———–
Oleh. A. Muhaimin Iskandar (Gus Muhaimin) l Ketum DPP PKB