Elektabilitas Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menunjukkan kenaikan dan menggesar tipis Golkar dari posisi tiga besar atau 8, 0 persen.
PKBTalk24, Jakarta ~ Elektabilitas PDIP, Gerindra, dan PKB menempati posisi tiga besar dalam survei terbaru oleh Voxpopuli Research Center di awal tahun politik 2023.
Lewat survei yang dilakukan untuk memotret elektabilitas partai politik peserta Pemilu 2024, di awal tahun politik ini menunjukkan bahwa jika dibandingkan survei-survei sebelumnya, sejak Desember 2021, elektabilitas Golkar stabil pada kisaran 8 persen, tetapi pada survei terbaru ini, elektabilitas Golkar melemah menjadi 7,3 persen.
Sementara itu tren elektabilitas Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menunjukkan kenaikan dan menggesar tipis Golkar dari posisi tiga besar atau 8, 0 persen. Partai lain yang mengalami kenaikan elektabilitas adalah Partai Solidaritas Indonesia (PSI), yang kali ini naik di kisaran 5,5 persen.
“Elektabilitas Golkar (menurun) pada momen pergantian tahun 2023, sedangkan PSI naik,” kata Direktur Komunikasi Voxpopuli Research Center Achmad Subadja dalam keterangan di Jakarta, Minggu (8/1/2023).
Sedangkan, posisi puncak masih diduduki oleh PDI Perjuangan (PDIP) dengan elektabilitas 18,4 persen, disusul Gerindra sebesar 13,5 persen.
Kedua partai pendudung koalisi pemerintahan Jokowi periode kedua, ini tetap memimpin sepanjang 2022. Pada urutan berikut ketiga dan keempat, Golkar dan PKB bersaing ketat, saling berebut di posisi tiga besar.
PKB mencatatkan elektabilitas 8,0 persen, menggeser kembali Golkar ke peringkat keempat, disusul Demokrat (5,7 persen), PSI (5,5 persen), dan PKS (4,8 persen).
Menurut Achmad, Golkar sendiri cenderung stabil dan memiliki posisi tawar yang kuat dalam memimpin pembentukan koalisi. Terbukti, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digagas Golkar relatif solid, tidak mengalami gejolak berarti.
Sebaliknya dengan koalisi antara Gerindra dan PKB yang belakangan mendapat banyak pertanyaan, terkait dengan kesolidannya, terlihat belum ada perkembangan terbaru.
Pasalnya, posisi kedua partai PKB dan Gerindra, masih sama-sama ngotot ingin menempatkan Ketua Umum-nya untuk menjadi calon Presiden. Belakangan ada wacana, Muhaimin Iskandar tengah membuka kemungkinan untuk pindah koalisi, bergabung dengan Nasdem, meski kemudian dibantah oleh Gus Muhaimin dan elit PKB.
“Meskipun solid, namun lamanya keputusan Golkar maupun KIB untuk mengumumkan pasangan capres-cawapres berdampak elektoral pada turunnya elektabilitas, lebih-lebih figur Airlangga Hartarto sebagai ketua umum juga elektabilitasnya tetap sangat rendah,” terang Achmad.
Masih menunggu momentum umumkan Capres-cawapres
Partai-partai politik masih menunggu momentum yang tepat untuk mengumumkan siapa capres dan cawapres yang bakal diusung. Terutama menyangkut keputusan PDIP, apakah akan mengusung Ganjar Pranowo ataukah Puan Maharani.
“PDIP sebagai satu-satunya partai yang bisa mengusung capres-cawapres tanpa berkoalisi menjadi faktor signifikan dalam peta koalisi, dan jika PDIP maju sendirian terbuka kemungkinan maksimal ada empat pasangan calon,” jelas Achmad.
Sementara itu, Nasdem yang telah resmi mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capres juga tidak kunjung berhasil menggalang koalisi.
Elektabilitas Nasdem yang sempat anjlok setelah deklarasi pencapresan Anies belum beranjak, kini masih sebesar 3,3 persen.
Dengan raihan tersebut, Nasdem terancam tidak bisa kembali ke Senayan, bersama partai-partai lain seperti PAN (2,2 persen) dan PPP (2,0 persen). Ketiganya juga terancam oleh partai-partai non-parlemen dan partai baru, seperti Perindo (1,4 persen) dan Gelora (1,3 persen).
Lalu ada pula Partai Ummat (0,8 persen), Hanura (0,5 persen), PBB (0,3 persen), dan PKN (0,1 persen). Garuda dan Partai Buruh nihil dukungan, sedangkan sisanya menyatakan tidak tahu/tidak jawab sebesar 24,9 persen.
Sebagai informasi, Survei Voxpopuli Research Center dilakukan pada 17-23 Desember 2022, kepada 1200 responden yang dipilih secara acak bertingkat (multistage random sampling) mewakili seluruh provinsi di Indonesia. Margin of error survei sebesar kurang lebih 2,9 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen. (***)