Yang menjadi menarik, besaran biaya tinggal di Jakarta itu jauh lebih tinggi dibanding upah minimum provinsi (UMP) di wilayah yang sama. Tercatat UMR di DKI Jakarta sebesar Rp 4,90 juta pada 2023. Sementara pada periode yang sama pada pencatatan BPS, yakni pada 2022, UMR Jakarta sebesar Rp 4,64 juta.
PKBTalk24 | Jakarta ~ Banyak warga Jakarta yang mengeluhkan naiknya harga kebutuhan pokok. Jika biasanya kenaikan harga sembako hanya terjadi jelang Hari Raya Idul Fitri dan Natal serta Tahun Baru, saat ini kecenderungan kenaikan harga sembako seperti tidak mengenal musim.
Bagai warga kelas menengah kenaikan harga kebutuhan pokok di Jakarta boleh jadi tidak telalu terasa, tetapi bagi sebagian warga kelas bawah, hal tersebut menjadi masalah besar. “Kami sampai tidak tahu harus berbuat apa,”ujar Maman ( 48, tahun) warga Jakarta yang tinggal di Klender, Jakarta Timur.
“Harga telur bisa sampai Rp 28 ribu-33 ribu / kg. Harga gula putih Rp 19 ribu /kg. Harga beras Rp 13 ribu/Lt. Harga minyak juga naik. Semua hampir naik. Ini sungguh tidak masuk akal,”ujarnya, seraya mengeluhkan kinerja pemerintah yang tidak terasa sampai bawah.
Mahalanya biaya hidup yang dikeluhkan warga Jakarta rupanya bukan isapan jempol. Stigma tersebut dibenarkan oleh data terbaru yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Berdasarkan data bertajuk Survei Biaya Hidup (SBH) 2022 yang dirilis oleh BPS, Jakarta menjadi wilayah dengan biaya hidup paling tinggi di Indonesia.
Menurut survei tersebut, nilai konsumsi rata-rata per rumah tangga di Ibu Kota mencapai Rp 14,88 juta per bulan pada 2022. Nilai tersebut meningkat sekitar Rp 1,43 juta per bulan dari periode pencatatan sebelumnya, yakni pada 2018.
Pada tahun itu, nilai konsumsi rata-rata per rumah tangga di Jakarta sebesar Rp 13,45 juta per bulan, dan menjadikannya wilayah dengan biaya hidup tertinggi kedua setelah Bekasi pada saat itu.
BPS menghitung besaran biaya hidup rerata warga Jakarta dengan memperhitungkan data konsumsi komoditas makanan dan non makanan pada setiap rumah tangga. Adapun rumah tangga yang dimaksud adalah rumah tangga dengan jumlah anggota keluarga 2-6 orang.
“Pada tahun 2018 Bekasi urutan pertama dan Jakarta urutan kedua. Di tahun 2022 mereka bertukar tempat,” ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam konferensi pers, di Jakarta, Selasa (12/12/2023).
Upah Minimum Provinsi jauh di bawah biaya hidup Kota Jakarta
Yang menjadi menarik, besaran biaya tinggal di Jakarta itu jauh lebih tinggi dibanding upah minimum provinsi (UMP) di wilayah yang sama. Tercatat UMR di DKI Jakarta sebesar Rp 4,90 juta pada 2023. Sementara pada periode yang sama pada pencatatan BPS, yakni pada 2022, UMR Jakarta sebesar Rp 4,64 juta.
Dikutip dari laman Komps.Com, Rabu (13/12/2023), Perencana Keuangan Andy Nugroho menilai, jauh lebih tingginya biaya hidup dibanding UMP di Jakarta disebabkan oleh sejumlah harga komoditas yang memang lebih mahal dibanding daerah lain.
Sejumlah komoditas yang harganya dinilai lebih mahal seperti harga tanah atau properti, harga makanan, dan beberapa kebutuhan hidup lain.
Pernyataan Andy itu selaras dengan hasil survei yang dibuat oleh BPS. Berdasarkan hasil SBH 2022, sejumlah komoditas utama yang memiliki bobot konsumsi terbesar di Jakarta ialah tarif listrik (6,58 persen), kontrak rumah (5,56 persen), bensin (4,86 persen), hingga sewa rumah (4,34 persen).
“Mengapa biaya rata-rata konsumsi di Jakarta bisa lebih tinggi dibandingkan UMR? Karena seperti yang kita tahu bahwa memang ada beberapa biaya hidup di Jakarta yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kota – kota lain di Indonesia,” tutur Andy dikutip dari Kompas.com, Rabu (13/12/2023).
Selain itu, menurut Andy, tingginya angka biaya hidup yang dikeluarkan oleh BPS juga disebabkan oleh sampel yang diambil. Menurutnya, BPS kemungkinan mengambil rumah tangga secara umum dan tidak terbatas terhadap rumah tangga dengan pendapatan UMR sebagai sampel.
“Sehingga akan ada pengeluaran-pengeluaran yang memang dikonsumsi oleh orang-orang yang berpenghasilan lebih daripada UMR,” tuturnya.
Meski demikian, untuk menyiasati tingginya biaya hidup di Jakarta, Andy menyebutkan, pekerja dengan pendapatan UMR memang perlu melakukan sejumlah “penghematan”. Misalnya dimulai dari mempersiapkan makanan pribadi, mengurangi belanja yang sifatnya sekunder, hingga tidak terlalu sering mengganti perangkat elektronik atau gadget. “Untuk bisa bertahan hidup di Jakarta ada beberapa hal yang bisa dilakukan dengan gaji UMR,” ucapnya. (***)