“Kita ini yang setiap hari memberi makan, mendidik, dan merawat anak-anak. Maka kemampuan keluarga harus disesuaikan, termasuk dalam hal jumlah anak,” ujar Nihayatul Wafiroh dalam kegiatan yang digelar di D’Arcici Sport Center, Jakarta Pusat, Sabtu (28/6/2025).
PKBTalk24 | Jakarta ~ Angka stunting di DKI Jakarta masih berada pada angka 17,3 persen, menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan pemangku kebijakan. Dalam kegiatan Fasilitasi Teknis Program Bangga Kencana, para pemangku kepentingan mendorong pentingnya asupan gizi seimbang dan pemberian ASI eksklusif sebagai langkah konkret menurunkan angka stunting.
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Nihayatul Wafiroh, menyebut bahwa keluarga adalah garda terdepan dalam menciptakan generasi sehat dan berkualitas. “Kita ini yang setiap hari memberi makan, mendidik, dan merawat anak-anak. Maka kemampuan keluarga harus disesuaikan, termasuk dalam hal jumlah anak,” ujar Nihayatul Wafiroh dalam kegiatan yang digelar di D’Arcici Sport Center, Jakarta Pusat, Sabtu (28/6/2025).
Nihayah juga mengingatkan pentingnya 1.000 hari pertama kehidupan anak sebagai masa krusial dalam mencegah stunting. Ia menyebut slogan “dua anak cukup” kini bergeser menjadi “dua anak lebih baik”, seiring upaya mewujudkan keluarga sehat dan sejahtera. “Empat Terlalu harus dihindari: terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat jaraknya, dan terlalu banyak anak,” tambahnya.
Stunting Tak Selalu Soal Kemiskinan
Deputi V BKKBN, Sukaryo Teguh Santoso, menjelaskan bahwa stunting bukan semata-mata soal tinggi badan. “Stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis. Anak yang pendek belum tentu stunting, tapi anak stunting pasti mengalami keterlambatan tumbuh kembang,” tegasnya.
Data menunjukkan, sekitar 30 persen anak stunting berasal dari keluarga miskin. Namun menurut Sukaryo, faktor utama pencegahan bukan soal harga makanan, melainkan kandungan gizinya. “Yang penting makan bergizi. Tidak harus mahal, yang penting kandungannya tepat. Ini juga yang mendasari program Makan Bergizi Gratis yang sedang dijalankan pemerintah,” katanya.
Sukaryo juga menyoroti menurunnya angka ibu yang memberikan ASI eksklusif. “Padahal, bayi usia di bawah enam bulan tidak butuh makanan tambahan. ASI itu sudah cukup untuk semua kebutuhan energi dan nutrisinya. Ini yang perlu kita edukasi terus,” jelasnya.
DKI Jakarta Terus Genjot Kesadaran Keluarga
Kepala Seksi PPKB Sudin PPAPP Jakarta Pusat, Bambang Kristianto, mengakui bahwa meski angka stunting di DKI lebih rendah dari rata-rata nasional, 17,3 persen masih tergolong tinggi untuk ibu kota negara.
“Keluarga adalah pondasi utama untuk membentuk generasi sehat, cerdas, dan tangguh. Maka penting menjaga pola makan, kondisi mental, nilai moral, dan pola asuh sejak dini,” ujar Bambang.
Acara ini diikuti oleh 250 kader Perempuan Bangsa dari berbagai wilayah administrasi di DKI Jakarta. Turut hadir juga Ratna Juwita Sari, Bendahara Umum DPP Perempuan Bangsa dan anggota Komisi XII DPR RI, yang memberikan dukungan terhadap penguatan peran keluarga dalam pembangunan sumber daya manusia.
Dimulai dari Gizi di Rumah
Kesadaran masyarakat untuk membangun keluarga berkualitas menjadi bagian dari visi besar Indonesia Emas 2045. Menurut Nihayah, langkah kecil seperti memastikan kecukupan gizi anak, memberi ASI eksklusif, hingga merencanakan kehamilan secara matang, adalah fondasi bagi masa depan bangsa.
“Indonesia Emas bukan hanya cita-cita, tapi tujuan yang bisa dicapai. Dan itu dimulai dari rumah,” pungkas Nihayah. (AKH)