Remaja yang kerap terlibat tawuran, balap liar, atau pelanggaran sosial lainnya, kini tak hanya akan dimarahi guru atau diberi surat peringatan. Di Kabupaten Tangerang dan Kota Singkawang, mereka akan dikirim ke barak militer.
PKBTalk24 | Tangerang ~ Mengikuti jejak Provinsi Jawa Barat, kini Pemerintah Kabupaten Tangerang dan Pemerintah Kota Singkawang tengah merancang program pembinaan berbasis disiplin militer sebagai solusi alternatif menangani remaja bermasalah.
Di tengah kekhawatiran masyarakat terhadap meningkatnya kenakalan remaja, mulai dari tawuran hingga balap liar, pendekatan ini disebut sebagai cara tegas namun mendidik—bukan menghukum, tapi membentuk.
Wakil Bupati Tangerang, Intan Nurul Hikmah, menyebut bahwa pihaknya tengah merancang program pembinaan bagi siswa yang kerap melanggar aturan sekolah atau terlibat kenakalan remaja.
“Anak-anak ini masih di bawah umur, belum bisa dijerat hukum pidana. Tapi kita tidak bisa tinggal diam. Mereka butuh arahan, bukan sekadar teguran,” ucap Intan kepada Metro TV, Rabu (7/5).
Rencananya, para siswa yang terjaring pelanggaran akan dikirim ke barak milik TNI atau Polri untuk mengikuti pembinaan dengan pendekatan disiplin militer—mulai dari bangun pagi, baris-berbaris, hingga kegiatan rutin yang menanamkan tanggung jawab dan kerja sama.
“Kami tengah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan serta unsur TNI dan Polri untuk menyusun kurikulum khusus,” ujarnya. Setelah final, akan diterbitkan surat edaran resmi untuk sekolah dan para wali murid.
Yang menarik, orang tua pun akan dilibatkan. Mereka diajak hadir dalam proses pembinaan, agar tidak sekadar menyalahkan, tapi juga terlibat aktif dalam proses perubahan karakter anak-anaknya.
Singkawang Kirim Pembalap Liar ke Barak Rindam
Sementara di Kota Singkawang, Kalimantan Barat, pendekatan serupa juga disiapkan. Wali Kota Singkawang, Tjhai Chui Mie, telah mendata para pelaku balap liar yang meresahkan warga. Mereka akan dikirim ke barak militer di Rindam XII/Tanjungpura untuk “dibentuk ulang”.
“Ini bukan hukuman, tapi pembekalan karakter. Mereka akan tinggal di barak, bangun pagi, dan menjalani rutinitas disiplin. Tujuannya agar mereka belajar tanggung jawab,” ujar Tjhai.
Ia menegaskan, program ini bukan pelatihan militer, melainkan pendidikan karakter berbasis kedisiplinan. Materi akan diberikan langsung oleh personel TNI dan Polres, dengan pendekatan pembinaan, bukan penindakan.
Komandan Rindam XII/Tanjungpura, Kolonel Inf Aliyatin Mahmudi, menyambut baik rencana ini. Baginya, para pelaku pelanggaran remaja sebenarnya bukan anak jahat—mereka hanya belum diarahkan.
“Mereka cuma ingin menunjukkan jati diri, tapi caranya keliru. Tugas kami membantu mereka menemukan arah, mengenal nilai-nilai kedisiplinan, tanggung jawab, dan rasa cinta kepada keluarga serta kota ini,” ucapnya.
Bukan Menakut-nakuti, Tapi Menyentuh Hati
Program ini bukan tanpa kritik. Namun para pemimpin daerah yang terlibat menegaskan bahwa inti dari pembinaan ini bukan kekerasan atau intimidasi, melainkan pengalaman hidup yang membentuk mental dan karakter.
Di tengah tantangan besar dalam membina generasi muda, barak militer kini bukan lagi tempat untuk perang, tapi menjadi ruang lahirnya harapan baru—anak-anak muda yang lebih kuat, disiplin, dan siap menghadapi masa depan. (***)