“Telah nyata kerusakan di darat dan di laut karena ulah tangan manusia” bahkan Paus Fransiskus juga mengingatkan kepada kita semua posisi yang agak rawan masa depan kita, kita harus melakukan tobat ekologis,” kata Gus Muhaimin.
PKBTalk24 | Jakarta ~ Tobat ekologis mendadak menjadi kosa kata populer di jagat maya. Adalah calon wakil presiden (Cawapres) nomor urut 01, Abdul Muhaimin Iskandar atau Gus Muhaimin yang awal mula melontarkan istilah tersebut dalam kesempatan debat cawapres pada Minggu, 21 Januari 2024.
Tobat ekologis disampaikan oleh Gus Muhaimin dalam pidato penutupannya dengan mengutip surat Ar-Rum ayat 41 sebagai latar belakang sembari menyebutkan istilah tobat ekologis sebagai jalan keluar dari problem lingkungan sebagaimana pernah diperkenalkan oleh Paus Fransiskus.
“Telah nyata kerusakan di darat dan di laut karena ulah tangan manusia” bahkan Paus Fransiskus juga mengingatkan kepada kita semua posisi yang agak rawan masa depan kita, kita harus melakukan tobat ekologis,” kata Gus Muhaimin.
Gus Muhaimin kemudian menjelaskan tobat ekologis itu dimulai dari etika, etika terhadap lingkungan, sehingga manusia tidak melangkahi aturan, dan cenderung ugal-ugalan.
“Tobat itu dimulai dari etika, sekali lagi etika, etika lingkungan dan etika pembangunan. Jangan ugal-ugalan, jangan ngangkangi aturan, jangan sembrono, ojo sakarepe dewe,” ujarnya.
Lalu, apa apakah tobat ekologis itu?
Tobat ekologis atau pertobatan ekologis adalah sesuatu yang tak asing bagi umat Katolik. Istilah pertobatan ekologis tersebut termuat dalam ensiklik Paus Fransiskus berjudul, ‘Laudato Si’ yang terbit pada 24 Mei 2015.
“Ensiklik Laudato Si adalah satu surat pastoral Paus Fransiskus yang fokus pada isu-isu lingkungan hidup di mana di dalamnya terdapat prinsip-prinsip teologis tentang tanggung jawab ekologi, juga upaya-upaya pastoral yang harus dilakukan untuk atasi krisis-krisis ekologi,” kata Sekretaris Eksekutip Komisi Keadilan, Perdamaian dan Pastoral Migran-Perantau Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Romo Marthen Jenarut, sebagaimana disampaikan dan dikutip dari laman berita CNNIndonesia.com, Senin (22/1).
Dalam ensiklik ‘Laudato Si’ tersebut juga disampaikan bahwa krisis ekologi berpotensi menyebabkan krisis kemanusiaan lainnya, termasuk ketidakadilan. Lebih dari itu, juga disebutkan bahwa penyebab utama krisis ekologi adalah egosentrisme manusia.
‘Laudato Si’ juga bisa diartikan sebagai transformasi hati dan pikiran menuju cinta yang lebih besar terhadap Tuhan, sesama, dan ciptaan.
Itulah yang melatarbelakangi munculnya gerakan dan istilah tobat ekologis, sebagai sebuah ajakan untuk melakukan instropeksi dan lebih memperhatikan masalah lingkungan atau ekologis.
Menurut laman Gereja Katolik St. Timothy, Arizona, Paus Fransiskus menuliskan di awal dokumen bahwa target audiensnya bukan hanya umat Katolik atau Kristen, tetapi semua orang.
Terdapat tujuh tujuan dari Laudato Si, yaitu:
1. Tanggapan terhadap tangis Bumi
2. Menjawab tangis orang miskin
3. Ekonomi ekologi
4. Penerapan gaya hidup sederhana
5. Pendidikan ekologi
6. Spiritualitas ekologi
7. Keterlibatan masyarakat dan tindakan partisipatif
Gerakan-gerakan di atas, dapat dianggap sebagai pertobatan ekologis setelah manusia sudah lama melakukan dosa ke Bumi. Laudato Si atau Tobat Ekologis dimulai untuk membuat Bumi menjadi tempat tinggal yang lebih baik. (***)