Secara singkat, dalam kamus Cambridge, greenflation atau inflasi hijau adalah kenaikan harga yang disebabkan oleh pengembangan teknologi hijau.
PKBTalk24 | Jakarta ~ Greenflation! Istilah yang memancing perdebatan seru pasca debat Cawapres putaran keempat, di Pilpres 2024, pada Minggu (21/1/2024). Apalagi melibatkan Cawapres nomor urut 02, Gibran Rakabuming Raka dan Wawapres nomor urut 03, Prof. Mahfud MD.
Pemicunya adalah gestur Cawapres Gibran, yang dianggap bernada ejekan terhadap sosok sekaliber Prof. Mahfud, terlepas dari jawaban yang diharapkan belum sesuai harapan.
Saat itu, Gibran melontarkan pertanyaan, “Bagaimana mengatasi greenflation?” kepada Mahfud MD dalam debat keempat cawapres di JCC Senayan, Jakarta, Ahad (21/1/2024).
Pertanyaan Gibran terkait istilah greenflation kepada Prof Mahfud MD memang belum sepenuhnya bisa dipahami oleh kalangan awam, dan boleh jadi oleh Prof Mahfud sendiri.
Moderator kemudian meminta kepada cawapres Gibran, sesuai dengan peraturan debat, agar menjelaskan arti dari istilah greenflation supaya pertanyaan bisa mendapatkan jawaban yang tepat dari lawan bicara atau debat, dalam hal ini cawapres nomor urut 03, Prof Mahfud MD.
Gibran mengungkapkan bahwa arti greenflation adalah inflasi hijau. Istilah greenflation sendiri merupakan singkatan dari green dan inflation. Secara singkat, dalam kamus Cambridge, greenflation atau inflasi hijau adalah kenaikan harga yang disebabkan oleh pengembangan teknologi hijau.
Teknologi hijau (teknologi ramah lingkungan) seperti kendaraan bertenaga listrik dikembangkan sebagai upaya untuk melakukan pengurangan produksi karbon demi kelestarian lingkungan.
Diskursus greenflation dalam wacana
Dilansir dari laman web European Central Bank, pada masa transisi kepada teknologi hijau, proses produksinya membutuhkan bahan baku logam dan mineral dalam jumlah yang sangat besar. Pada kendaraan listrik misalnya, proses produksinya membutuhkan mineral enam kali lebih banyak dari pada kendaraan bahan bakar minyak.
Teknologi ramah lingkungan akan menjadi bagian terbesar dalam permintaan logam dan mineral di masa mendatang. Besarnya jumlah permintaan dan terbatasnya ketersediaan bahan baku menjadi alasan kenaikan harga komoditas dalam kurun waktu belakangan ini.
Perkembangan ini menggambarkan paradoks penting dalam perjuangan melawan perubahan iklim: semakin cepat dan mendesak peralihan menuju perekonomian yang lebih ramah lingkungan, maka akan semakin mahal pula biaya yang harus dikeluarkan dalam jangka pendek.
Melalui pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa greenflation adalah inflasi yang disebabkan oleh naiknya harga bahan baku mineral dan logam dalam masa transisi penggunaan teknologi ramah lingkungan.
Kendati sejauh ini, dampak langsung dari inflasi hijau terhadap perseorangan lebih kecil dari pada dampak inflasi fosil. Namun, seiring semakin banyaknya industri yang beralih ke teknologi rendah emisi, inflasi hijau diperkirakan akan memberikan tekanan pada harga berbagai produk selama masa transisi.
Debat panas tentang greenflation
Awalnya, Gibran bertanya kepada Mahfud MD. “Bagaimana cara mengatasi greenflation?” tanya Gibran ke Mahfud. Pertanyaan dijawab Mahfud dengan menjelaskan soal inflasi hijau, ekonomi sirkuler. Tapi jawaban Mahfud kemudian direspons Gibran dengan bahasa tubuh yang seolah-olah meledek Mahfud sambil menjelaskan kaitan greenflation dengan gerakan rompi kuning yang terjadi di Prancis beberapa tahun lalu.
“Greenflation itu, kita kasih contoh yang simpel saja. Demo rompi kuning di Prancis. Bahaya sekali. Sudah memakan korban. Ini yang harus diantisipasi. Jangan sampai terjadi di Indonesia. Belajar dari negara maju,” jelas Gibran ke Mahfud.
Ledekan Gibran itu pun dibalas Mahfud dengan mengatakan bahwa penjelasan Gibran soal kaitan antara inflasi hijau dengan gerakan rompi kuning di Prancis ngawur. “Gila ini, ngarang-ngarang tidak karuan, mengaitkan sesuatu yang tidak akademis,” kata Mahfud kepada Gibran.
Karena itu, Mahfud kemudian memilih untuk menyerahkan sesi tanya jawab itu kepada moderator debat karena menganggap pertanyaan Gibran tidak jelas dan tidak layak dijawab.
“Mengarang tidak karuan, mengaitkan dengan sesuatu yang tidak ada akademisnya, tanya-tanya kayak gitu recehan. Itu tidak layak dijawab menurut saya, tidak layak dijawab pertanyaan seperti ini. Jadi saya kembalikan ke moderator, tidak ada gunanya menjawab,” kata Mahfud. (***)