“NU didirikan untuk memperjuangkan peradaban mulia. Dua fondasinya: ketuhanan dan persaudaraan,” tegas Gus Yahya di hadapan para tokoh NU dan masyarakat Papua Selatan.
PKBTalk14 | Merauke ~ Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya kembali menegaskan posisi Nahdlatul Ulama (NU) sebagai penjaga keutuhan bangsa dan negara. Hal ini disampaikannya saat menghadiri acara Halal Bihalal dan Pelantikan Pengurus Wilayah NU Papua Selatan, di Semangga, Merauke, Senin (5/5/2025).
Dalam pidatonya, Gus Yahya mengingatkan bahwa NU tidak hanya berdiri sebagai organisasi keagamaan, tetapi juga sebagai gerakan peradaban yang kokoh di atas dua nilai utama: ketuhanan dan persaudaraan.
“NU didirikan untuk memperjuangkan peradaban mulia. Dua fondasinya: ketuhanan dan persaudaraan,” tegas Gus Yahya di hadapan para tokoh NU dan masyarakat Papua Selatan.
Seruan Universal dari Rasulullah
Gus Yahya kemudian mengutip khutbah Rasulullah saw. di Mina sebagai dasar filosofis NU yang inklusif dan merangkul semua manusia.
“Apa seruan Nabi? ‘Ayuhannas!’—wahai seluruh manusia! Bukan hanya kepada Muslim, tapi kepada semua umat manusia. Karena faktanya, Tuhan kita semua itu satu,” ujarnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang ini menekankan bahwa kesatuan umat manusia bukan sekadar ajaran keimanan, tapi realitas yang harus diakui oleh semua.
“Ini bukan soal percaya atau tidak percaya. Faktanya cuma ada satu Tuhan. Jadi semua manusia hidup di bawah kekuasaan Tuhan yang sama,” jelasnya.
Semua Manusia Bersaudara
Gus Yahya juga menyentuh isu persaudaraan lintas suku, agama, dan ras. Ia menegaskan bahwa Islam mengajarkan bahwa seluruh manusia bersaudara, tanpa pengecualian.
“Rasulullah sudah mengingatkan kita bahwa semua manusia bersaudara, tanpa memandang suku, ras, atau warna kulit. Ini fakta, bukan wacana,” katanya.
Ia lalu mengingatkan pentingnya trilogi ukhuwah dalam NU: ukhuwah islamiyah (persaudaraan sesama Muslim), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan kebangsaan), dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan kemanusiaan).
“Tanpa persaudaraan sesama manusia, umat Islam pun sulit bersatu. Coba lihat Suriah atau Sudan—penduduknya Muslim, tapi tetap terpecah karena hilangnya rasa persaudaraan,” jelas Gus Yahya.
Menjadi Pengurus NU Adalah Amanah Besar
Di akhir pidatonya, Gus Yahya memberi pesan penting kepada para pengurus baru NU Papua Selatan: jabatan di NU bukan sekadar posisi organisasi, melainkan amanah spiritual yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.
“Jabatan ini bukan main-main. Baiat kalian bukan cuma ke PBNU atau warga NU, tapi ke Allah. Nanti pertanggungjawabannya bukan hanya di akhir masa jabatan, tapi juga di akhirat,” pungkasnya.
Acara ini menjadi momen penting bagi NU Papua Selatan untuk memulai perjalanan baru dengan semangat persaudaraan, keislaman, dan kebangsaan—di bawah naungan NU sebagai benteng keutuhan Indonesia. (***)