“Potensial yang bisa kita dapat dari penjualan air mencapai Rp1 triliun. Sayangnya hilang karena kebocoran. Kami mendorong PAM Jaya untuk bergerak cepat,” ujar Lefy, Selasa (23/9).
PKBtALK24 | Jakarta ~ Komisi B DPRD DKI Jakarta menyoroti tingginya angka kebocoran air atau Non Revenue Water (NRW) yang masih membayangi Perumda Air Minum (PAM) Jaya. Angkanya mencapai 46%, jauh dari ideal, bahkan berpotensi membuat Jakarta kehilangan pendapatan hingga Rp1 triliun per tahun.
Anggota FPKB DPRD DKI Jakarta, yang juga Sekretaris Komisi B DPRD DKI Jakarta, Muhammad Lefy, menyebut kebocoran air sebesar itu tidak bisa dianggap remeh. Menurut politisi PKB DKI Jakarta ini, PAM Jaya perlu mengambil langkah nyata dan menggandeng mitra strategis untuk memperkuat infrastruktur perpipaan.
“Potensial yang bisa kita dapat dari penjualan air mencapai Rp1 triliun. Sayangnya hilang karena kebocoran. Kami mendorong PAM Jaya untuk bergerak cepat,” ujar Muhammad Lefy, yang juga merupakan politisi muda PKB Jakarta ini, Selasa (23/9).
Target 2030: Kebocoran Turun, Pipa 100% Tersambung
Direktur Utama PAM Jaya, Arif Nasrudin, menjelaskan penyebab utama tingginya NRW adalah kondisi pipa yang sudah sangat tua. Bahkan, sebagian pipa berusia hampir satu abad.
“Perlu investasi besar dan proses panjang untuk mengganti pipa. Karena perbaikan bisa berdampak pada aktivitas masyarakat sehari-hari,” terang Arif.
Meski begitu, PAM Jaya menargetkan angka kebocoran turun hingga 30% pada 2030. Di saat bersamaan, mereka juga menargetkan 100% wilayah Jakarta sudah terhubung dengan jaringan pipa air bersih.
Tahun ini, fokus perbaikan diarahkan ke enam titik rawan kebocoran: Asem Baris, Kampung Melayu, Abdul Wahab, Kebon Jeruk, Pulomas, dan Duren Sawit.
“Kampung Melayu misalnya, kebocorannya mencapai 79%. Angka yang sangat besar. Tapi jika enam wilayah ini bisa dibereskan, kontribusinya cukup signifikan,” jelas Arif.
Water Purifier, Langkah Hijau yang Perlu Diperluas
Selain soal kebocoran air, Komisi B juga menyoroti langkah PAM Jaya menghadirkan water purifier di beberapa titik publik. Menurut Lefy, program ini sudah terbukti mengurangi konsumsi air kemasan plastik.
“Water purifier ini sebenarnya bagus. Tapi kalau bisa, penempatannya diperbanyak di sekolah-sekolah. Anak-anak bisa bawa tumbler, ambil air gratis, sekaligus mengurangi sampah plastik,” kata Lefy saat meninjau pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Buaran III di Duren Sawit, Jakarta Timur.
Jalan Panjang Jakarta Menuju Kota Air Bersih
Isu kebocoran air di Jakarta bukan sekadar soal teknis, tetapi juga menyangkut keberlanjutan dan efisiensi. Dengan kebutuhan air yang terus meningkat, perbaikan sistem perpipaan menjadi pekerjaan rumah besar bagi PAM Jaya dan Pemprov DKI.
Publik pun menunggu komitmen nyata agar kebocoran yang nilainya fantastis itu benar-benar bisa ditekan. (AKH)