“Saya sampaikan dengan hati-hati bahwa Indonesia ingin agar pelaksanaan dam bisa dilakukan di dalam negeri, dengan sejumlah pertimbangan,” ujar Irfan, saat ditemui di Kantor BP Haji, kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (6/5/2025).
PKBTalk24 | Jakarta ~ Pemerintah Indonesia tengah merancang terobosan penting dalam pelaksanaan ibadah haji: dam atau denda haji rencananya akan dilakukan langsung di Tanah Air. Langkah ini dinilai strategis, tidak hanya dari sisi efisiensi penyelenggaraan ibadah haji, tapi juga berdampak sosial dan ekonomi bagi masyarakat Indonesia.
Kepala Badan Penyelenggara Haji (BP Haji), Mochamad Irfan Yusuf, mengungkapkan bahwa gagasan ini telah disampaikan secara langsung kepada Menteri Haji Arab Saudi pada pertemuan mereka di bulan November lalu.
“Saya sampaikan dengan hati-hati bahwa Indonesia ingin agar pelaksanaan dam bisa dilakukan di dalam negeri, dengan sejumlah pertimbangan,” ujar Irfan, saat ditemui di Kantor BP Haji, kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (6/5/2025).
Respons dari pihak Arab Saudi ternyata sangat positif. Menteri Haji Saudi menyambut hangat usulan tersebut, bahkan menyatakan rasa terima kasih jika Indonesia benar-benar dapat merealisasikannya.
“Beliau bilang, ‘Kalau Indonesia bisa melaksanakan dam di dalam negeri, kami sangat terbantu’. Sebab selama ini mereka harus menyiapkan hingga 20.000 petugas penyembelihan serta mengelola ribuan ton daging dam,” jelas Irfan, yang akrab disapa Gus Irfan.
Namun, pelaksanaan rencana ini masih menunggu satu keputusan penting: fatwa dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) terkait kebolehannya secara syariah. “Saya jawab ke Menteri Haji, ‘Belum Yang Mulia, kami masih menunggu pandangan para ulama’. Begitu ada yang membolehkan, kami siap laksanakan,” lanjutnya.
Bila disetujui, dampaknya diyakini akan sangat besar bagi Indonesia. Selain membuka peluang ekonomi baru, pelaksanaan dam di dalam negeri bisa menjadi solusi nyata dalam penanganan masalah stunting dan ketahanan pangan.
“Bayangkan jika 200 ribu ekor kambing disembelih di Indonesia. Satu ekor menghasilkan 25 kilogram daging, berarti ada 5.000 ton daging yang bisa dimanfaatkan masyarakat kita,” ujar Gus Irfan, cucu pendiri Nahdlatul Ulama, KH Hasyim Asy’ari.
Menurutnya, pemanfaatan daging dam dalam negeri tidak hanya akan memperkuat sektor peternakan lokal, tapi juga membuka ruang lebih besar untuk program-program sosial seperti distribusi gizi bagi keluarga kurang mampu dan anak-anak yang mengalami kekurangan gizi kronis.
Rencana ini kini tinggal menunggu lampu hijau dari para ulama. Jika disetujui, Indonesia akan menjadi negara pertama yang berhasil mengubah praktik dam menjadi lebih kontekstual dan bermanfaat bagi umat secara luas. (AKH)