Kemuliaan bulan Dzulhijjah bukan hanya karena di dalamnya terdapat ibadah haji dan Iduladha, tetapi juga karena sepuluh hari pertamanya memiliki keutamaan yang luar biasa.
PKBTalk24 | Jakarta ~ Umat Islam di Indonesia resmi memasuki bulan Dzulhijjah 1446 H pada hari Rabu, 28 Mei 2025. Bulan terakhir dalam kalender Hijriah ini bukanlah bulan biasa. Ia termasuk ke dalam deretan empat bulan suci (asyhurul hurum) yang dimuliakan dalam Islam, dan penuh dengan peluang ibadah yang bernilai tinggi di sisi Allah SWT.
Kemuliaan bulan Dzulhijjah bukan hanya karena di dalamnya terdapat ibadah haji dan Iduladha, tetapi juga karena sepuluh hari pertamanya memiliki keutamaan yang luar biasa. Nabi Muhammad SAW sendiri menganjurkan umatnya untuk memperbanyak amal saleh selama rentang waktu emas ini.
Disebutkan bahwa di 10 hari pertama Dzulhijjah, umat Islam sangat dianjurkan untuk memperbanyak zikir dan puasa sunnah. Hal ini merujuk pada penjelasan Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar an-Nawawiyah, yang menyebut bahwa zikir di awal Dzulhijjah adalah sunnah yang sangat dianjurkan, terutama pada hari Arafah (9 Dzulhijjah).
Dalil dari Al-Qur’an dan Hadis
Dasar dari keutamaan ini bersumber dari Surah Al-An’am ayat 28, yang berbunyi:
“Dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan…”
Frasa “ayyamam ma’lumat” (hari-hari yang telah ditentukan) dalam ayat tersebut, menurut tafsir Imam Nawawi, Ibnu Abbas, Imam Asy-Syafi’i, dan mayoritas ulama, merujuk pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.
Keutamaan ini juga ditegaskan oleh Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadis riwayat Imam Ahmad:
“Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah, dan amal saleh di dalamnya lebih dicintai oleh-Nya daripada hari-hari sepuluh itu. Maka perbanyaklah tahlil, takbir, dan tahmid di dalamnya.”
Zikir seperti tahlil (la ilaha illallah), takbir (Allahu akbar), dan tahmid (alhamdulillah) menjadi amalan yang sangat dianjurkan selama sepuluh hari ini, terlebih pada hari ke-9, yaitu Hari Arafah.
Puasa dan Shalat Malam: Pahala Berlipat Ganda
Selain zikir, puasa dari tanggal 1 hingga 9 Dzulhijjah juga sangat dianjurkan. Ustadz Hengki menjelaskan bahwa ibadah ini memiliki pahala luar biasa. Bahkan, dalam hadis yang diriwayatkan Imam Tirmidzi, disebutkan:
“Tidak ada hari-hari yang lebih disukai Allah untuk dijadikan tempat ibadah daripada sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Satu hari puasa di dalamnya setara dengan puasa selama satu tahun. Satu malam mendirikan shalat malam di dalamnya setara dengan shalat pada malam Lailatul Qadar.”
Shalat malam selama sepuluh hari ini pun diganjar pahala besar, setara dengan malam penuh kemuliaan, yakni Lailatul Qadar.
Hari Tarwiyah dan Hari Arafah
Ustadz Shofi Mustajibullah dalam artikelnya “7 Amalan di Bulan Dzulhijjah dan Dalilnya” menambahkan penekanan khusus pada puasa Tarwiyah (8 Dzulhijjah) dan puasa Arafah (9 Dzulhijjah).
Mengutip pendapat Al-Qarafi dalam Adzakhirah lil Qarafi, puasa pada hari Tarwiyah memiliki nilai yang setara dengan puasa satu tahun penuh. Sementara itu, puasa di Hari Arafah disebut dalam hadis riwayat Imam Muslim dari Abi Qatadah sebagai berikut:
“Nabi SAW pernah ditanya mengenai puasa hari Arafah. Beliau menjawab: ‘Puasa itu dapat menghapus dosa tahun sebelumnya dan tahun setelahnya.'”
Sungguh luar biasa! Satu hari puasa bisa menjadi sebab dihapuskannya dosa selama dua tahun.
Sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah adalah kesempatan emas bagi setiap Muslim untuk mendekat kepada Allah. Dengan memperbanyak zikir, puasa, dan ibadah malam, setiap pribadi muslim dapat meraih keutamaan yang sangat besar.
Mari manfaatkan momentum ini dengan sebaik-baiknya. Siapa tahu, amal sederhana kita di hari-hari ini menjadi sebab keberkahan hidup dunia dan akhirat. (AKH)