Filsafat sering dianggap berat, kaku, bahkan membosankan. Namun Jostein Gaarder berhasil membalik pandangan itu. Ia menyajikan sejarah filsafat dalam bentuk novel—gaya yang naratif, mengalir, dan mudah dipahami pembaca awam.
Judul: Dunia Sophie
Penulis: Jostein Gaarder
Penerbit: Mizan (lini Kronik Zaman Baru)
Tebal: 800 halaman
ISBN: 978-602-441-020-9
Ketika Hidup Dimulai dengan Pertanyaan
Bayangkan, seorang remaja 14 tahun bernama Sophie menerima sepucuk surat dengan pertanyaan sederhana tapi menggetarkan: “Siapa kamu?” Disusul pertanyaan berikutnya: “Dari manakah datangnya dunia?”
Dari sini, Sophie terseret ke dalam petualangan intelektual yang tak biasa. Ia mulai belajar filsafat, menelusuri jejak para pemikir dari zaman Yunani Kuno hingga abad ke-20. Novel ini bukan sekadar cerita, melainkan perjalanan mencari makna hidup.
Filsafat yang Ringan, Tidak Lagi Menakutkan
Filsafat sering dianggap berat, kaku, bahkan membosankan. Namun Jostein Gaarder berhasil membalik pandangan itu. Ia menyajikan sejarah filsafat dalam bentuk novel—gaya yang naratif, mengalir, dan mudah dipahami pembaca awam.
Pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang hidup, cara hidup yang baik, hingga asal-usul semesta dihadirkan tanpa jargon akademik. Gaarder seakan mengajak kita duduk santai sambil merenung: beranikah kita menghadapi pertanyaan mendasar hidup kita sendiri?
Bestseller Dunia, Mencetak Rekor Penjualan
Tak heran bila Dunia Sophie menjadi fenomena global. Sejak terbit pertama kali pada 1991 di Norwegia, buku ini diterjemahkan ke lebih dari 30 bahasa.
-
Di Jepang, hanya dalam 6 bulan (1995), terjual 1,6 juta eksemplar.
-
Di Jerman, edisi Hanser Verlag mencetak 1,5 juta eksemplar.
-
Di Prancis, laku 800 ribu eksemplar hanya beberapa bulan setelah terbit.
Pada 1995, novel ini bahkan menduduki posisi pertama daftar bestseller dunia, menyalip The Celestine Prophecy karya James Redfield.
Catatan Kritis: Bias Barat
Sebagai karya sastra, tentu ada subjektivitas. Gaarder menuliskan sejarah filsafat dengan sudut pandang Barat yang kental. Kontribusi besar para filosof dan ilmuwan Islam pada Abad Pertengahan, misalnya, nyaris absen dalam narasinya.
Demikian pula kisah Nabi Isa a.s. disajikan sesuai perspektif Kristen, bukan pandangan Islam. Bagi pembaca Muslim, ini bisa jadi catatan kritis. Namun justru di situlah ruang bagi kita untuk memperkaya wawasan dengan perspektif lain.
Mengapa Penting Dibaca?
Novel ini bukan sekadar bacaan intelektual, tapi undangan untuk merenung. Ia mengingatkan kita bahwa hidup yang tidak bermakna adalah hidup yang tak layak dijalani.
Membaca Dunia Sophie berarti melatih diri berani bertanya, berani berpikir, dan berani mencari makna. Dan itu adalah bekal utama untuk hidup yang lebih sadar. (***)