Trans7 resmi meminta maaf di DPR RI atas tayangan Xpose Uncensored yang dinilai menghina ulama dan pesantren. DPR minta audit izin siar, CT Corp siap bersilaturahmi ke Lirboyo.
PKBTalk24 | Jakarta ~ Polemik tayangan Xpose Uncensored di Trans7 berujung panjang. Stasiun televisi milik CT Corp itu akhirnya meminta maaf secara terbuka di hadapan DPR RI, usai menerima gelombang protes dari Himpunan Alumni Santri Pondok Pesantren Lirboyo yang menilai program tersebut menghina ulama dan pesantren.
Audiensi digelar di Ruang Rapat Komisi IV DPR RI, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (16/10/2025). Rapat dipimpin oleh Wakil Ketua DPR RI Cucun Ahmad Syamsurizal, dihadiri Dirjen Komunikasi Publik dan Media Komdigi Fifi Aleyda Yahya, Ketua KPI Ubaidillah, dan Direktur Utama Trans7 Atiek Nur Wahyuni.
Trans7 Akui Salah dan Minta Maaf Terbuka
Dalam forum tersebut, Atiek Nur Wahyuni menyampaikan permohonan maaf kepada para kiai, pengasuh, dan keluarga besar pesantren di seluruh Indonesia.
“Kami Trans7 dengan segala kerendahan hati memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kelalaian dalam penayangan program Xpose Uncensored 13 Oktober 2025. Kami juga memohon maaf kepada segenap kiai dan keluarga besar pondok pesantren, khususnya Lirboyo,” ujar Atiek Nur Wahyuni, Dirut Trans7.
Atiek menegaskan bahwa Trans7 tidak akan menayangkan kembali program tersebut dan telah memutus kerja sama dengan rumah produksi eksternal, yakni Shandhika Widya Cinema, pada 14 Oktober 2025.
“Program ini bukan produksi internal Trans7, melainkan dari PH eksternal. Kami sudah menghentikan seluruh penayangan, baik di televisi, media sosial, maupun platform digital resmi kami,” tegasnya.
Chairul Tanjung Akan Silaturahmi ke Lirboyo
Atiek juga mengungkapkan bahwa Chairul Tanjung, pendiri CT Corp, akan melakukan kunjungan langsung ke Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, untuk bersilaturahmi dengan para kiai dan pengasuh pondok.
“Agenda silaturahmi Pak Chairul Tanjung kepada keluarga besar pesantren Lirboyo sudah dijadwalkan minggu depan,” ujarnya.
Atiek menambahkan, kasus ini menjadi pelajaran besar bagi Trans7 agar ke depan lebih ketat dalam pengawasan konten dan seleksi program.
Lirboyo: Pesantren Penjaga Adab Bangsa
Dalam kesempatan yang sama, Agus Salim, perwakilan Himpunan Alumni Santri Lirboyo Jabodetabek, menegaskan pentingnya peran pesantren dalam menjaga moralitas bangsa.
“Kalau sudah tidak ada pesantren, saya tidak bisa jamin bangsa Indonesia mau jadi apa. Karena adab dan akhlak itu dididik dari pesantren,” ujarnya.
DPR RI Minta Komdigi dan KPI Audit Trans7
Menutup rapat, Cucun Ahmad Syamsurizal menyampaikan apresiasi kepada KPI atas sanksi penghentian sementara terhadap Xpose Uncensored. Ia meminta agar Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) bersama KPI melakukan audit menyeluruh terhadap izin siar Trans7.
“DPR RI meminta Komdigi dan KPI melakukan audit dan evaluasi izin siar Trans7. Pemerintah harus hadir merespons reaksi publik dengan sanksi tegas sesuai hasil audit,” kata Cucun.
Dalam audiensi itu, Atiek juga menjelaskan bahwa PH Shandhika Widya Cinema adalah pihak yang memproduksi Xpose Uncensored. Rumah produksi ini berdiri sejak 1995, beralamat di Jalan Media Masa Blok K No.188, Cipinang Muara, Jakarta Timur.
Shandhika dikenal sebagai pembuat program infotainment populer seperti Kabar Kabari (RCTI), Status Selebritis (SCTV), dan Hot Issue (Indosiar).
Namun, kali ini nama Shandhika menjadi sorotan karena program produksinya dinilai menyudutkan ulama dan pesantren, hingga akhirnya dihentikan permanen oleh Trans7.
Kasus Xpose Uncensored menjadi momentum refleksi bagi dunia penyiaran nasional. Di tengah era digital yang serba cepat, kontrol moral dan nilai budaya tetap menjadi fondasi penting media agar tidak mencederai nurani publik. (AKH)












