Tim Lima dibentuk oleh PBNU berdasarkan Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU, tanggal 3 Juni 1998. Tim Lima diberi tugas untuk memenuhi dan menampung aspirasi warga NU, yang saat itu ingin memiliki wadah saluran aspiriasi politik sendiri.
PKBTalk24, Jakarta ~ Setiap partai memiliki akar sejarahnya sendiri. Setiap partai juga memiliki basis kultural yang berbeda. Begitu pun PKB. Agar kita tidak lupa dan gagal paham dengan sejarah dan tonggak awal berdirinya PKB.
Berikut ini adalah fakta sejarah dan latar idiologis berdirinya PKB. Terakam fakta bahwa PKB merupakan saluran aspirasi warga NU, yang secara resmi didirikan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Hal itu, bisa dilihat dari jejak ulama para panggagas, deklator, pendirinya berikut.
#TimLima | 3 Juni 1998
Tim Lima dibentuk oleh PBNU berdasarkan Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU, tanggal 3 Juni 1998. Tim Lima diberi tugas untuk memenuhi dan menampung aspirasi warga NU, yang saat itu ingin memiliki wadah saluran aspiriasi politik sendiri.
Untuk mengatasi hambatan organisatoris, dalam melaksanakan kerjanya, Tim Lima itu dibekali Surat Keputusan (SK) oleh PBNU.
Adapun anggota Tim Lima ialah:
- KH Ma`ruf Amin (Rais Suriyah/Kordinator Harian PBNU), sebagai ketua – merangkap anggota.
- KH M Dawam Anwar (Katib Aam PBNU)
- Dr KH Said Aqil Siroj, M.A. (Wakil Katib Aam PBNU),
- HM Rozy Munir,S.E., M.Sc. (Ketua PBNU)
- Ahmad Bagdja (Sekretaris Jenderal PBNU).
#TimAsistensi | 20 Juni 1998
- Untuk memperkuat posisi dan kemampuan kerja Tim Lima, seiring semakin derasnya usulan warga NU yang menginginkan adanya partai politik, maka Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU pada tanggal 20 Juni 1998 memberi Surat Tugas kepada Tim Lima. Dengan surat bernomor : 925/A.II.03/6/1998
- Selain itu, juga dibentuk Tim Asistensi, beranggotakan sembilan orang. Tim Asistensi ini bertugas membantu Tim Lima dalam mengiventarisasi dan merangkum usulan yang ingin membentuk parpol baru, dan membantu warga NU dalam melahirkan parpol baru yang dapat mewadahi aspirasi poitik warga NU.
Adapun anggota Tim Asistensi, tersebut ialah :
- Arifin Djunaedi (Wakil Sekjen PBNU), sebagai ketua merangkap anggota.
- H Muhyiddin Arubusman,
- M. Fachri Thaha Ma`ruf, Lc.,
- H Abdul Aziz, M.A.,
- H Andi Muarli Sunrawa,
- M. Nasihin Hasan,
- H Lukman Saifuddin,
- Amin Said Husni,
- Muhaimin Iskandar.
#RencanaAwalPembentukanPartai | 22 Juni 1998 dan 26-28 Juni 1998
Pada tanggal 22 Juni 1998 Tim Lima dan Tim Asistensi mengadakan rapat untuk mendefinisikan dan mengelaborasikan tugas-tugasnya.
Tanggal 26 – 28 Juni 1998 Tim Lima dan Tim Asistensi mengadakan konsinyering di Villa La Citra Cipanas untuk menyusun rancangan awal pembentukan parpol. Pertemuan ini menghasilkan lima rancangan, yaitu:
- Pokok-pokok Pikiran NU Mengenai Reformasi Politik,
- Mabda` Siyasi,
- Hubungan Partai Politik dengan NU,
- AD/ART Partai
- Naskah Deklarasi.
#Peran Gus Dur (KH. Abdurrahman Wahid)
Lalu bagaimana peran Gus Dur? Gus Dur adalah Ketua Umum PBNU saat itu, yang sekaligus menjadi penampung aspirasi warga NU dari berbagai kalangan. Sebagai Ketua Umum PBNU, Gus Dur melihat fakta bahwa pasca reformasi 1998, arus keinginan dan aspirasi warga NU untuk memiliki partai sendiri semakin menguat, dan Gus Dur merasa prihatin akan hal itu.
Sebab jika aspirasi tersebut tidak Kelola dengan baik, maka dikhawatirkan timbul kesan adanya upaya mengaitkan agama dengan partai politik, dan hal itu tidak strategis bagi perjuangan NU sendiri, karena garis khittah NU secara structural adalah netral alias berada di atas golongan semua partai politik.
Meski tentu saja, pandangan seperti ini banyak dipertanyakan oleh para kyai dan ulama NU lain, yang menginginkan agar warga NU memiliki saluran aspirasi politik sendiri, pasca kekagalan NU dalam posisinya saat itu berada dalam gerbong PPP – yang merupakan partai bentukan Orde Baru, yang menurut amatan para ulama dinilai sebagai upaya Orba untuk mengkerdilkan aspirasi politik umat Islam.
Karena itu, pada akhir Juni 1998, sebagaimana dikutip dari laman resmi DPP PKB, sikap prihatin Gus Dur kemudian mulai mengendur. Gus Dur kemudian bersedia untuk menjadi inisiator – deklarator kelahiran partai politik berbasis ahlussunnah waljamah, yang akan didirikan oleh PBNU.
Setelah didapuk sebagai inisiator deklarator, Gus Dur kemudian mulai menyampaikan gagasan pendirian partai politik oleh dan untuk kaum nahdliyin ini. Gus Dur pun mendapat dukungan dari empat deklarator lainnya, yaitu:
- KH Munasir Ali,
- KH Ilyas Ruchiyat,
- KH A. Mustofa Bisri
- KH A. Muchith Muzadi.
#Deklarasi Berdirinya PKB
Proses selanjutnya, penentuan nama partai disahkan melalui hasil musyawarah Tim Asistensi Lajnah, Tim Lajnah, Tim NU, Tim Asistensi NU, Perwakilan Wilayah, para tokoh pesantren, dan tokoh masyarakat.
Usai pembentukan partai, deklarasi pun dilaksanakan di Jakarta pada 29 Rabiul Awal 1419 H atau 23 Juli 1998.
#PKB_Saluran Aspirasi Politik WargaNU
Melalui penelusuran tonggak sejarah beridirinya PKB ini, maka menjadi mafhum bahwa PKB adalah partai berhaluan ahlussunah waljamaah, yang dirikan oleh PBNU melalui musyawarah dan proses dialog yang panjang dari para ulama-ulama panutan warga nahdliyin.
Sepeninggal Gus Dur sebagai deklarator – representasi perjuangan politik warga NU padamasa awal berdirinya, hingga mengantarkannya menjadi Presiden RI ke4 – PKB saat ini dibawah nakkoda Gus Muhaimin Iskandar, salah seorang kader ulama, yang berperan langsung dalam proses pendirian PKB sebagai anggota Tim Asistensi, yang beranggotan 9 tokoh NU, dalam membantu Tim 5 menginventarisir keingingan warga NU untuk memiliki partai politik sendiri, hingga akhirnya berdirilah PKB para 23 Juli 1998. (***)