“…Apa yang terjadi di Indonesia jika proyeksinya benar bahwa, dalam 10 tahun ke depan, mereka mungkin harus memindahkan ibu kotanya karena mereka akan berada di bawah air?”
PKBTalk24, Jakarta ~ Mendadak warga +62 dihibohkan dengan statemen Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, yang beberapa waktu lalu menyebut Jakarta, ibu kota Indonesia terancam tenggelam. Itu bisa lantaran adanya perubahan iklim yang sangat mengkhawatirkan.
“Jika, pada kenyataannya, permukaan laut naik dua setengah kaki lagi, Anda akan memiliki jutaan orang yang bermigrasi, memperebutkan tanah yang subur…,” ujarnya dalam sebuah pidato beberapa waktu lalu.
Pernyataan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, tentu cukup menggemparkan. Apalagi di tengah rencana pemindahan Ibokota Negara (IKN) dari Jakarta ke Kalimantan Timur, tepatnya di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).
Sontak pro kontra pun soal rencana pemindanan IKN pun, kembali memanas mewarnai debat kusir warga +62. Apalagi kalau bukan dipicu oleh pernyataan Joe Biden, yang berikut ini, “…Apa yang terjadi di Indonesia jika proyeksinya benar bahwa, dalam 10 tahun ke depan, mereka mungkin harus memindahkan ibu kotanya karena mereka akan berada di bawah air?”
Apalagi, perusahaan pengelola air minum DKI Jakarta, PAM Jaya, juga telah memberikan statemen bahwa diperkirakan 90 persen wilayah Ibu Kota akan tenggelam pada 2050 mendatang, khususnya di bagian Utara.
Dikutip dari laman cnbcindonesia.com (21/09/22), Direktur Utama PAM Jaya Arief Nasrudin mengatakan, penggunaan air tanah yang tidak terselesaikan menjadi biang keladi kawasan Ibu Kota terancam tenggelam pada beberapa tahun mendatang.
“Ada beberapa isu yang juga menjadi salah satu juga menjadi bagian dari tantangan PAM Jaya,” jelas Arief, seperti dikutip Rabu (21/9/2022).
Disampaikan oleh Arief, bahwa berdasarkan analisis yang dilaporkan oleh para ahli dan dikutip dari BBC, proses terjadinya penurunan muka air tanah di Jakarta masih terus berlangsung. Inilah yang menjadi argumen bahwa Jakarta saat ini berada dalam ancaman serius untuk bisa tenggelam dalam waktu yang tidak lama lagi.
“Dan prediksinya di tahun 2050 diprediksikan 90% dari wilayah Jakarta terutama di bagian utara itu akan bisa juga kemudian tenggelam karena budaya atau kemudian penggunaan air yang kemudian tidak segera diselesaikan dan terus mengambil air dari tanah yang memang semakin seeking pastinya,” tambahnya.
Ramalan ini pun akhirnya mendapatkan respon dari sejumlah pihak, tak terkecuali Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria. Menurutnya, Pemprov DKI sudah melakukan sejumlah hal seperti mencegah terjadinya eksploitasi air tanah di berbagai sektor.
“Supaya tidak ada lagi apa namanya penyedotan air tanah melalui pompa-pompa di rumah-rumah, kita upayakan air bersih itu didapatkan melalui PAM Jaya, dan beberapa upaya lainnya,” ujarnya.
Penggunaan air tanah berlebihan
“Bagi seluruh warga, khususnya di masyarakat kita, agar juga tidak menggunakan air secara berlebihan dan juga di antaranya bagi industri, perkantoran, hotel, apartemen juga kita minta juga tidak menggunakan pompa untuk mendapatkan air bersih tapi melalui saluran PAM yang ada.”
Ia menyebut pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur sebagai salah satu upaya mengurangi beban turunnya permukaan tanah. Menurutnya pemindahan ibu kota akan mengurangi jumlah masyarakat yang bermukim di Jakarta.
Apalagi, mayoritas pegawai pemerintahan bakal bermigrasi ke IKN. Hal itu tentu berdampak pada penggunaan air tanah yang selama ini menjadi faktor penurunan muka tanah di Jakarta.
Pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur sebagai salah satu upaya mengurangi beban turunnya permukaan tanah. Menurutnya pemindahan ibu kota akan mengurangi jumlah masyarakat yang bermukim di Jakarta.
“Tentu cukup banyak karena kan terjadi pergeseran jumlah warga yang ada di Jakarta ke IKN itu terjadi pengurangan. Perkantoran pusat kan berpindah, Perkantoran pusat kan membutuhkan air yang tidak sedikit selama ini,” jelasnya. (***)