“Berdasarkan data hasil pengamatan BMKG, suhu maksimum terukur selama periode tanggal 10 – 15 Mei 2024 di wilayah Jakarta berkisar antara 34,5 – 36,6 °C pada siang hari, dimana suhu maksimum tertinggi selama periode tersebut mencapai hingga 36,6 °C,” kata Ida dalam keterangan tertulisnya, Kamis (16/5/2024).
PKBTalk24 | Jakarta ~ Neraka “bocor”! Begitu ungkapan sebagian warga Jakarta. Memang, cuaca di Jakarta dan wilayah sekitarnya terasa membara, membakar kulit dalam dalam beberapa hari ini. Sebenarnya apa yang terjadi? Bahayakah bagi tubuh manusia? Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), memberikan penjelasan.
Adalah Ketua Tim Kerja Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Ida Pramuwardani, yang memberi respin dan penjelasan atas cuaca terik menyengat yang terjadi beberapa hari kemarin. Berdasarkan pemantauan Kantor Stasiun Meteorologi Kemayoran, Jakarta Pusat, cuaca tertinggi terjadi pada Sabtu (11/5) lalu.
“Berdasarkan data hasil pengamatan BMKG, suhu maksimum terukur selama periode tanggal 10 – 15 Mei 2024 di wilayah Jakarta berkisar antara 34,5 – 36,6 °C pada siang hari, dimana suhu maksimum tertinggi selama periode tersebut mencapai hingga 36,6 °C,” kata Ida dalam keterangan tertulisnya, Kamis (16/5/2024).
Ternyata Ini biang keladinya
Secara umum, dia mengatakan fenomena suhu panas terik di Jakarta dipicu beberapa kondisi dinamika atmosfer. Dia mengatakan faktor pertama ialah minimnya pertumbuhan awan. Menurutnya, kondisi cuaca panas karena minimnya pertumbuhan awan terjadi di lokasi lain alias tak hanya di Jakarta.
“Saat ini kondisi cuaca di wilayah Indonesia bagian selatan terutama di Jawa hingga Nusa Tenggara (termasuk Jabodetabek) didominasi oleh kondisi cuaca yang cerah dan sangat minimnya tingkat pertumbuhan awan terutama pada siang hari. Kondisi ini tentunya menyebabkan penyinaran matahari pada siang hari ke permukaan bumi tidak mengalami hambatan oleh awan di atmosfer, sehingga suhu pada siang hari di luar ruangan terasa sangat terik,” jelas Ida.
Jakarta Memasuki Kemarau
Faktor lain yang menyebabkan cuaca panas di wilayah Jakarta dan sekitarnya ialah musim kemarau. BMKG memonitor bahwa wilayah Jabodetabek telah masuk musim kemarau.
“Selain itu, berdasarkan prediksi awal musim kemarau BMKG, wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya telah memasuki awal musim kemarau pada awal Mei 2024. Hal ini ditandai dengan penurunan curah hujan selama beberapa hari terakhir, meskipun hujan masih terjadi sesekali,” ujarnya.
Dia menjelaskan, pada musim kemarau sering kali terjadi pola cuaca yang kering dan panas. Kondisi ini, lanjutnya, bisa disebabkan oleh perubahan alami dalam sirkulasi udara atmosfer.
“Indonesia berada di daerah tropis dengan pola musim yang dipengaruhi oleh angin monsun. Selama musim kemarau, angin monsun timuran (musim kemarau) membawa udara kering dari daratan Australia ke wilayah Indonesia, menyebabkan penurunan curah hujan,” kata dia.
Apa yang harus dilakukan?
Cuaca panas dan terik tentu bisa menimbulkan risiko kekeringan dan kebarakan lebih besar di wilayah tersebut. Hal ini dikhawatirkan oleh BMKG, karena itu sudah sewajarnya jika masyarakat lebih waspada.
“Gunakan air dengan bijaksana dan hemat akibat rendahnya curah hujan yang mengisi sumber-sumber air. Hindari membuka lahan dengan membakar, terutama pada daerah hutan yang bertanah gambut akibat mudah terbakar dan sulit dimatikan,” kata Ida.
Bagi masyarakat yang ingin keluar rumah dianjurkan untuk menjaga stamina dan kondisi tubuh dengan mencukupi kebutuhan cairan tubuh, jangan lupa membasa sediaan air minum untuk menghindari dehidrasi.
Saat beraktivitas di luar ruangan, usahakan memakai perlindungan dari sinar matahari, dan menghindari aktivitas luar ruangan pada jam-jam terpanas. terutama bagi warga yang beraktifitas di luar ruangan pada siang hari, supaya tidak terjadi dehidrasi, kelelahan dan dampak buruk lainnya.
Selanjutnya warga dihimbau untuk hemat dan bijak dalam penggunaan air bersih. “Siapkan rencana darurat untuk menghadapi kemungkinan krisis air selama musim kemarau, termasuk penyediaan cadangan air minum dan peralatan penyaringan air,” sambungnya. (***)